Kalau Begini, Harus Berbuat Apa?
Sungguh, aku bingung.
Ada sebuah kejadian yang aku
alami tadi pagi di gereja. Bukan aku mengalami secara langsung, tapi aku
sebagai saksi mata atau apalah itu.
Ketika selesai misa tadi, aku
membantu menjaga parkir untuk mengumpulkan dana Panitia Paskah 2015. Lalu
tiba-tiba ada seorang simbah yang sudah sangat sepuh. Dengan kebaya dan kain
jarik, dituntun sebuah payung, dengan badannya bungkuk beliau berjalan tertatih
menuju kursi di dekat area parkir. Simbah itu pun duduk di situ.
Waktu berlalu, gereja sudah mulai
sepi, namun simbah itu masih duduk di kursi itu. Seorang ibu pun menanyakan di
mana rumah simbah itu dan berniat untuk mengantar simbah itu pulang karena
ternyata simbah itu tidak ada yang menjemput.
Simbah itu pun menjelaskan bahwa
rumahnya dekat dan setuju untuk diantar menggunakan motor. Sementara si ibu
yang hendak mengantar itu mengambil motor, simbah itu menunggu di kursi yang
sedari tadi didudukinya.
Di sebelah simbah itu, di kursi,
ada dua buah cangkir putih bergambar bunga. Cangkir tersebut digunakan untuk
minum teh petugas parkir.
Perlahan, dengan tangannya yang
masih nampak kokoh, simbah itu mengambil salah satu cangkir tersebut dan
meminum isinya.
Lho, bukannya itu tadi udah dibuat minum Pak X ya? ujarku dalam
hati. Tapi aku mendiamkannya saja karena mungkin simbah itu sedang sangat haus.
Yang terjadi selanjutnya adalah simbah itu membuah teh yang masih tersisa di
dalam cangkir yang diminumnya tadi, lalu setelah cangkir tersebut kosong,
simbah itu memasukkan cangkir ke dalam sebuah kresek putih yang dibawanya.
LAH?!
Sedari tadi, aku sudah
memperhatikan simbah itu. Perhatianku semakin terfokus setelah kejadian itu
berlangsung.
Selang beberapa menit yang sangat
singkat, simbah itu kembali mengulurkan tangannya untuk meraih cangkir kedua. Dilihatnya
bahwa cangkir itu kosong, lalu simbah itu menoleh kanan-kiri dengan wajah
polos, dan memasukkan cangkir itu ke dalam kresek, bergabung dengan cangkir
pertama. WAH.
Ketika si ibu yang hendak
mengantar itu tiba dengan motornya, simbah itu berdiri perlahan dari kursi dan
berjalan perlahan dibimbing dua orang bapak-bapak untuk naik ke atas boncengan
motor. Ketika simbah itu mau naik, si ibu memegangkan payung dan kresek putih
berisi dua buah cangkir itu. Tapiiii… Ibu itu nggak ngeh kalo isi plastik itu adalah cangkir. DUH.
Akhirnya pulanglah simbah itu
membawa sebuah kresek berisi dua cangkir “baru”.
Aku tidak berani menegur simbah
itu secara langsung karena takut menyinggung perasaan simbah itu. Aku menunggu
kalau-kalau ada orang lain yang sadar, tapi kok ya nggak ada. Kalo aku lapor ke
ibu-ibu yang jaga parkir, aku kok ya nggak enak hati gitu rasanya. Beneran deh,
aku bingung harus ngapain. Akhirnya aku pun diam.
If you were me, what would you do?
Minggu, 15 Maret 2015, 11:34
(Agatha Elma Febiyaska)
Comments
Post a Comment