2024: Mencintai Secara Tepat


Seperti biasa, aku menulis annual reflection ini sambil panik dikit karena udah mau penghujung tahun. By the time I continued typing on this thing, it's less than 3 hours heading to the midnight, borrowed Adek's laptop to finish this. 

Dan layaknya selalu, aku harus bilang:

"Tahun ini kecepetan jalannya, wey!"  

Sesungguh-sungguhnya sungguh, aku pengen banget nulis annual reflection ini, but in the same time, aku bingung harus nulis apa aja saking banyaknya yang terjadi di tahun yang berasa sat-set ini. But hey, I got my GooglePhotos, Instagram, and X to remind me what I've been going through since January!

*

"...jadi sepertinya tahun 2024 aku akan fokus untuk mencintai."

Berangkat dari kalimat di paragraf kedua terakhir refleksi tahunanku yang lalu, aku akan membuat sub judul yang (semoga) berkesinambungan dengan itu. And since I took so a lot of pictures--like.. A LOT--so I will put them here too. 

Tubuhku Sayangku

Di akhir refleksiku tahun lalu, aku udah mentioning bahwa some people started noticing how my body changed. Thank God, sampai detik ini, badanku is in a better shape than before. It's not the very best, karena aku masih belum bisa terlalu konsisten dengan olahraga dan jaga makanan. Again, it's always about consistency. Setidaknya, aku sudah mulai lebih percaya diri mencoba outfit yang sebelumnya rasanya tidak mungkin aku pakai. Aku juga juga sudah tidak mudah ngos-ngosan. Aku lebih nyaman di tubuhku yang sekarang. Ke depannya, tentu aku akan membuat tubuhku lebih sehat. Usia tidak berbohong; aku mulai khawatir dengan penyakit-penyakit yang sangat mungkin menghampiriku. 
Aku berusaha banget buat olahraga se-sering mungkin. At least jalan kaki. Pokoknya gerak!




Selain tubuhku, aku juga berusaha untuk memberi perhatian lebih ke wajahku. Aku tingkatkan permainan skincare-ku. Basic skincare yang rutin sungguh adalah kunci. Meskipun bukan dengan skincare yang harganya membuat dompet mengkerut, namun aku berhasil membuat kulit wajahku at its good condition. Bangganya dobel! Lalu di bulan ke sembilan, aku memutuskan melakukan hal yang sudah lama ingin aku lakukan, yaitu menghilangkan milia di wajahku. Beberapa titik milia sudah mulai mengganggu karena ukurannya semakin membesar. Setelah di-cek, ternyata tidak hanya dua milia, namun hampir sepertiga wajahku 'dihiasi' milia. Itu adalah hasil dari aku yang ngeyel tidak rutin pakai sunscreen, beberapa tahun lalu. Memang, sejak akhir masa kuliah dan sekarang, aku lebih rajin pakai sunscreen, namun "bibit" milia itu sudah muncul dan berkembang. Tindakannya disebut cauter dan prosesnya kurang-lebih hanya 30 menit. Setelahnya, aku memang harus rutin merawat bekasnya supaya tidak berbekas parah. Urusan konsistensi, terkadang aku bisa jadi juara. Seperti untuk hal ini; aku berhasil tidak menciptakan bekas berarti di area tindakan cauter itu. Senang sekali rasanya! Another thing that boosted my confident. Selain itu juga jadi reminder buatku supaya lebih strict lagi soal pemakaian sunscreen



Masih berhubungan dengan tubuhku. Selain cauter, ada hal lain yang kulakukan pada tubuhku: I got my tattoos! It's been 2 years mungkin, sejak aku bener-bener mempertimbangkan to get tattoos. Awalnya dari obrolanku dengan Anggik, di MagMag. Ketika itu Anggik ingin tato juga dan aku jadi excited karena it always feels good to try a new thing with someone, kan? Jadi nggak sendirian gitu, lho. She wanted to get her daughter's name tattooed on her arm. But even before it happened, Anggik got pregnant again. Tertundalah rencana tato bareng itu. Sampai akhirnya mungkin dari pertengahan tahun ini, aku kayak ngerasa it's really my time to get my tattoo! Aku tuh udah nyimpenin banyak tattoo ideas di Pinterest, even on my notes. Nggak gampang tentunya buat yakin sama desain finalnya. And I didn't ask anyone about the design because it had to come from me, not others' opinion. I tried to put meanings on the designs. Akhirnya, ditemani Vena, sepupuku, aku ke studio tato yang sudah aku follow IG-nya sejak percakapanku dengan Anggik dulu. Dua. Aku akan membuat dua buah tato di tubuhku. I was nervous, but turned out, it really wasn't as painful as I thought and I was happy with the results. Aku langsung "menunjukkan" tato-tatoku ke beberapa orang yang memang pantas untuk melihatnya pertama kali. Satu tato sudah aku "rilis" di publik dan satu lagi hanya untuk YTTA. HAHAHAHA. Anyway, I'm happy that I didn't regret this. 



Berlibur Senangkan Hatiku

Kukira aku tidak akan banyak bepergian tahun ini. Ternyata, kok banyak juga kota yang aku kunjungi! Be it for business, friendship, or healing purposes. 

Di awal tahun, aku ke Semarang untuk hadir di nikahannya Ical. Sungguh sebenarnya aku masih cukup enggan mengunjungi kota ini, tapi demi pertemanan, pastinya kulakukan. Untung, aku ke sana bareng temen-temen kantor, jadi bisa enjoy the short 2D1N trip. 


Lalu di bulan ulang tahunku, aku menghadiahi diriku dengan cuti hampir seminggu dan kabur ke Bandung. Kenapa Bandung? Duh. Ya karena ada yang harus dilakukan supaya aku senang. Aku menemui bahagiaku. And yes, it was indeed a happy trip. My happy 30

Memasuki bulan ketiga, aku kembali menjalankan that Solo Trip. Iya, ke Solo untuk urusan kerjaan. Selama setahun ini, aku ke Solo tidak hanya 2-3 kali dan tetap berusaha untuk mencari hiburan meskipun lelahnya ada juga. Salah satunya dengan excited memikirkan mau makan apa di sana. 

Pertengahan tahun tiba, aku mulai memantapkan untuk melakukan trip rutin ke Jakarta-Bekasi, plus Bandung. It's time for me to visit my friends and family, to listen to their stories. Meskipun aku harus bilang bahwa trip ini broke my heart a bit, tapi aku tetap bersyukur masih bisa bertemu mereka. 


Move on to the unexpected trip of the year: BANYUWANGI! Bisa-bisanya di dua bulan menjelang berakhirnya tahun, aku berlibur ke destinasi baru. Kalau bukan karena Kiki, trip ini tidak akan terwujud. She planned everything very well. Aku yang biasanya jadi bagian penyusun itinerary dan lain-lain, di trip ini, bisa ngikut aja dengan semua yang udah diatur Kiki dengan sangat baik. Trip yang sangat menyenangkan dan well documented pula. Senangnya, aku masih bisa menambah list destinasi yang pernah traveling-ku!


Pekerjaanku Pengharapanku

Berhasil berdamai dengan pekerjaanku; meskipun tentunya ada momen di mana aku masih "berantem" dengan pekerjaanku, adalah salah satu hal baik yang aku capai. Aku tidak bisa bilang bahwa pekerjaanku menyenangkan setiap saat. Shit did happen. Several times. And I ate it anyway. And I'm fine until today. 

Beberapa minggu lalu, Office Manager-ku reposted a video, someone saying gini kurang-lebih, "Pekerjaanmu saat ini mungkin tidak semuanya menyenangkan dan banyak hal yang menyebalkan. Bahkan membosankan Tapi kalau kamu pindah, tidak berarti kamu akan terhindar dari hal menyebalkan. Bahkan bisa jadi lebih parah." And I was… that's true. Aku jadi inget masa-masa ketika aku ingin resign. Kalau ketika itu aku resign, apakah aku bisa dapat benefit seperti yang aku dapat sekarang? Apakah aku bisa punya environment kerja seperti sekarang? Apakah permasalahan kerja-ku akan lebih ringan dari yang sekarang? Lalu melihat aku berhasil melewati masa-masa itu, aku sadar bahwa ternyata aku bisa dan masih mampu melanjutkan ini. Bukan berarti aku jadi jago menghadapi masalah dan tidak pernah down. Bahkan baru 2 bulan lalu, I felt like a total shit, sampai aku memutuskan untuk took a day-off. Aku ngerasa ketika itu, sebuah masalah affected me too hard. Puji Tuhan, aku berhasil melewati "ujian" itu.



Anyway, aku bersyukur dengan pekerjaan yang sekarang aku lakukan dan aku masih ingin di sini; despite all the negative auras that sometimes bother my workflow and vibe. Aku berharap supaya aku bisa juggling better with the issues coming to my work. Terutama mengatur emosi dan mentalku. 

Relasiku dengan Kawan-Kawanku

Setelah kuingat-ingat, tahun ini aku cukup banyak bertemu dengan orang-orang dari masa laluku. Teman-temanku. Kita berbincang, mengenang masa lalu, membicarakan hari ini dan esok juga. Rasanya hangat dan menyenangkan karena aku merasa bahwa aku masih memiliki relasi dengan mereka. 

Sayangnya, tidak semuanya berjalan baik. Ada momen ketika aku menjadi aku yang menyebalkan. Aku yang tidak responsif dan enggan mendengar cerita orang lain. Entah dengan alasan lelah atau gelasku sedang penuh, hal itu terjadi beberapa kali. Kalau tahun lalu aku juga membahas poin ini dan setelah kubaca, ketika itu aku masih ada effort, tahun ini, sepertinya aku jadi semakin parah karena ketika datang "masa itu", aku bisa benar-benar mengabaikan orang lain karena aku sedang perlu fokus dengan diriku. Kenapa? Karena ternyata, tahun ini aku semakin sedikit membagi kesulitanku seperti aku yang dulu. I dealt with the problem myself, solved it, baru habis itu cerita ke siapa gitu. Kadang pake nangis juga. Aku kadang mikir, aku egois banget nggak sih, karena terlalu fokus sama diriku? Aku jahat banget ya, sama mereka karena aku nggak bisa ada buat mereka ketika mereka butuh? Aku sampe ngalamin ketakutan buat reach out beberapa orang karena aku ngerasa udah mengabaikan mereka ketika mereka butuh tempat untuk share their feelings. I really praise the Lord, bahwa ternyata ketakutanku tidak beralasan. Aku sungguh bersyukur memiliki orang-orang yang se-berbesar hati dan se-pengertian itu!







Me Being Loved; and Love

Another happiness that I've been gaining for the past 17 months is that I've been loved enough. The specific love amount is right for now. That's enough to support me in enjoying my life and loving myself more. One thing that I'm afraid of is that I haven't providing enough (seen) love. I mean, I've been coming back to love properly, but most of the time, I think I don't show it properly. I still need to learn more about this and as long as the patience is there, I will do my best to improve everything. I have always been feeling grateful for this specific feeling and action. I feel the effort and appreciate that. So much. 

The journey is still long. So many things to be learned, get used to, accepted, and understood. But so far, which I never expect to be this far, this goes well. 


Aku dan Patah Hatiku: Tobi

Siang itu adalah tangisan terparah dan ter-menyakitkanku sepanjang tahun 2024 ini. Yah, baru nulis satu kalimat ini aja udah muncul lagi nyesek-nya. Ternyata belum hilang. I don't think I can write a long paragraph about this but I just want to thank my beloved Tobi for his presence di se-perlima hidupku. I deeply thank Tobi who has accompanied me to re-shape my heart from the shattered one to the fine one. Tobi will forever live in my heart with Miki, Aco, and Mili. 


Tuhan di Hidupku

Masih belum jadi tahun di mana aku bisa menemukan diriku dalam versi religiusku yang dulu, namun peran Tuhan dan Bunda Maria sungguh besar dalam hidupku tahun ini. Beberapa momen di mana aku merasa putus asa, se-putus asa itu, aku benar-benar berserah dan datang pada-Nya dan aku pun direngkuh dalam kerahiman-Nya. Tangan-Nya menolongku, membantuku berdiri, dan menggandengku berjalan kembali. Karena itu, di tahun 2025, aku akan lebih bersungguh untuk menunjukkan rasa syukurku atas penyelenggaraan-Nya yang luar biasa atas hidupku. 

Di Tahun 2025 Aku Akan…

Berjalan dan berjuang lebih baik lagi. Dalam segala hal. Apa yang kurasa kurang di tahun 2024, akan aku perbaiki dan sempurnakan di tahun 2025. Mungkin terdengar sedikit ambisius, namun ini akan menjadi semangatku untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi. Tidak hanya untuk kepentinganku, tapi juga untuk orang lain di sekitarku. Semoga aku bisa membawa banyak cerita baik di annual reflection tahun 2025!

Sebenarnya aku merasa ada yang masih mengganjal dan belum tersampaikan di sini karena rasanya banyak sekali yang terjadi di waktu yang terasa singkat. Anyway, aku bangga bisa menyelesaikan ini sebelum tahun berganti. And I need to thank someone for supporting me finishing this writing. Thank YOU! Karena kalau aku tidak menyelesaikannya "tepat waktu", aku akan jadi sebal pada diriku. Untung ada kamu!

-el

Comments

Popular Posts