Sebuah Puisi

A Deep-Sworn Vow
William Butler Yeats (1865 – 1939)

Others because you did not keep
That deep-sworn vow have been friends of mine;
Yet always when I look death in the face,
When I clamber to the heights of sleep,
Or when I grow excited with wine,
Suddenly I meet your face



Pagi tadi, di kelas Poetry, kami membahas mengenai beberapa puisi dan salah satunya adalah puisi berjudul A Deep-Sworn Vow tersebut.

Dosen sudah memberitahu kami bahwa membaca puisi harus dilakukan lebih dari satu kali. Paling tidak tiga kali: pertama, membaca seluruh puisi tanpa mempedulikan dulu detailnya; kedua, mencari arti dari kata-kata sulit yang dijumpai; ketiga, mencoba menganalisis apa maksud dari puisi tersebut.

Untuk mengetahui arti dari puisi tersebut di atas, kami dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat orang. Kelompokku membaca puisi tersebut berkali-kali dan mencoba untuk menebak apa maksud dari puisi tersebut.

Tebakan pertama, kami mengambil secara umum bahwa puisi tersebut menggambarkan kesedihan dan keputusasaan. Membaca untuk kesekian kalinya, kami menebak bahwa puisi tersebut mengisahkan dua orang yang tidak lagi berteman karena satu dan lain hal, namun tetap tidak bisa melupakan ikatan pertemanan mereka.

Saat dosen mengakhiri sesi diskusi dan mengajak kami untuk menganilisis bersama puisi tersebut, ternyata puisi tersebut berkisah tentang seseorang yang sedang patah hati dan susah move on. Buset! Penggambaran susah move on aja bisa jadi sebegitu rumitnya! Keren!
Mau tahu bagaimana bisa seperti itu? Ini analisanya:


A Deep-Sworn Vow
William Butler Yeats (1865 – 1939)
               
Others / because you did not keep
That deep-sworn vow / have been friends of mine;
Yet always when I look death in the face,
When I clamber to the heights of sleep,

Or when I grow excited with wine,
Suddenly I meet your face
                

1.       Jadi, kata-kata yang berwarna biru itu apabila dijadikan satu kalimat menjadi others have been friends of mine dan dilanjutkan dengan kalimat di dalam tanda garis miring, menjadi:
others have been friends of mine because you did not keep that deep-sworn vow.
(orang lain sudah menjadi teman-temanku karena kamu tidak bisa memegang sumpah from the bottom of your heart.)
2.       Lalu tiga baris berikutnya:
Yet always when I look death in the face,
(Setiap kali aku berhadapan dengan kematian)
When I clamber to the heights of sleep,
(Ketika aku dalam tidurku lelapku)
Or when I grow excited with wine,
(Atau ketika aku mabuk)
3.       Baris terakhir:
            Suddenly I meet your face
            (Tiba-tiba aku melihat wajahmu)
4   
    Dari situ dapat disimpulkan bahwa isi puisi tersebut adalah seorang pria yang merasa sedih karena harus berpisah dengan kekasihnya yang telah melanggar janji yang mereka buat, namun ketika pria tersebut dalam saat-saat di luar kesadarannya (ketika berhadapan dengan kematian, sedang tidur, dan mabuk), ia selalu ingat akan mantan kekasihnya. Jadi, meskipun dia sudah bertemu dengan perempuan-perempuan lain, jauh di dalam hatinya, ia belum bisa melupakan mantan kekasihnya itu.
      Itulah yang dijelaskan oleh dosen Poetry saat kelas tadi pagi, Ms. Henny. Thank you, Ms!

Well, mungkin post kali ini cukup berat dan lain dari posts lainnya. Namun, aku ingin membagikan hal-hal menarik kepada kalian. Dengan membuat post ini, what I wanna share to you is that reading poems is fun and analyzing poems is more fun J

Membaca puisi membuat kita lebih kaya akan kosa kata dan juga melatih otak kita untuk menganilisis suatu hal. Memang awalnya susah, namun kalau dibiasakan, pasti akan menyenangkan! Aku juga berharap supaya aku bisa semakin peka dalam memahami maksud dari puisi-puisi yang akan aku jumpai kelak. Maaf kalau post kali ini membingungkan. I've tried my best, though. Anyway, aku pengen banget nih buku kumpulan soneta-nya Pablo Neruda. Ada yang pernah liat di toko buku?


Ini yang lagi aku cari. Minta infonya yaa..







Selasa, 17 Februari 2015, 21:23

(Agatha Elma Febiyaska) 

Comments

Popular Posts