Happy Chinese New Year 2015!
GONG XI FAT CHAI! ^^
Happy Chinese New Year
for all who celebrate! May this year full of happiness, prosperity, and all the
good things. Amen.
Aku sendiri memang sebenarnya tidak merayakan Imlek,
meskipun mataku sipit. Tapi aku termasuk kategori orang yang merayakan Imlek
sih, kalau menurut sebuah gambar parodi di sosial media karena aku mirip orang
China (matanya doang, kulitnya sih ya gitu deh) dan suka memakai barang-barang made in China. Anyway, I always love the Lunar Year’s atmosphere with red and gold
decoration in public space!
Seharusnya hari ini aku menikmati hari libur dengan
bersantai, namun kemarin aku dihubungi oleh pengasuh anak les privatku yang
minta hari ini aku mengelesi anakku itu karena gurunya yang lain tidak bisa
hadir. Aku pun mengiyakan karena aku memang luang hari ini. Lagipula, lumayan
kan untuk menambah pemasukan bulan ini.
Ada satu hal yang membuatku bertanya-tanya: bukannya ini
Imlek? Kenapa si anakku yang merupakan keturunan Tionghoa itu tidak merayakan
Imlek dan malah memilih untuk les?
Pertanyaanku bertambah ketika aku sampai di rumahnya (yang
terletak di belakang toko, tipikal Chinese
people yang memiliki usaha), ternyata toko bangunan milik orang tuanya itu
buka! Padahal kan ini tanggal merah, terlebih lagi ini Imlek lho… Hmmmm… Apa
mereka tidak merayakan Imlek?
Aku pun mengelesi anakku itu selama satu jam tanpa
menanyakan apa-apa perihal perayaan Imlek di keluarganya. Takut salah ngomong!
Begitu selesai mengelesi, aku pamit dengan mama-nya anak
itu. Namun sebelum aku berjalan menuju parkiran, si tante memanggilku,
“Eh Elma, tunggu dulu. Ini ada kue keranjang.” Lalu seorang
pegawainya memberiku dua buah kue keranjang berwarna cokelat dan hijau.
“Wah, terima kasih banyak, Tante.” Dan aku pun berjalan
menuju parkiran.
Lalu aku merasa ada sesuatu yang aneh. Ada sesuatu yang
kurang. Masa iya kue keranjangnya kurang? Yakalik!
Ternyata…….. aku baru sadar, KENAPA AKU TIDAK MENGUCAPKAN
SELAMAT TAHUN BARU?!
Astagah, makhluk macam apa aku ini. Padahal tadi ketika aku
sedang mengelesi anakku, aku membantunya mengerjakan soal PKn yang salah satu
soalnya meminta si anak untuk menyebutkan wujud perbuatan yang sesuai dengan
sila-sila dalam Pancasila yang salah satu contohnya adalah mengembangkan
sikap toleransi terhadap umat agama lain. Namun apa yang terjadi? Aku tidak
melakukannya! Maafkan aku, Tuhan. Aku sungguh lupa… Aku terlalu terpesona
dengan kue keranjang yang diberikan tadi, yang teksturnya sangat lunak, tidak
seperti kue keranjang yang biasanya aku lihat L
Rabu, 19 Februari 2015, 10:19
(Agatha Elma Febiyaska)
Comments
Post a Comment