Monday = Good Day?
What a unique day!
Jadi, hari ini adalah minggu kedua aku (kembali) menjalani
kehidupan kampus di semester empat dan enam sekaligus. Iya, aku harus mengambil
banyak mata kuliah semester empat karena tahun lalu aku sempat pergi ke Korea
selama satu semester untuk BERMAIN! Belajar. Tadi kelas pertamaku adalah
kelas jam delapan pagi, tiga SKS, di lantai tiga, bersama adik tingkat. Aku
akui, itu cukup mengoyakkan semangatku di hari Senin.
Rasa kantuk dan bosan terus menyerangku selama perkuliahan
hingga berakhirnya kelas (yang lebih awal 50 menit. Yey!). Selesai kelas, aku
bingung harus ke mana untuk menghabiskan jeda satu jam sebelum kelas
selanjutnya. Mau pulang kok nanggung; mau nunggu di kampus kok nggak ada temen.
Akhirnya aku mengikuti kedua adik tingkatku. Mereka ini adik kelasku saat SMA. Duo
cewek ceriwis yang asyik dan hits. Kami pergi ke parkiran untuk mengecek motor
salah satu adik itu yang tadi sempat mogok ketika berangkat kuliah sehingga dia
harus telat masuk kelas. Di parkiran, setelah mencoba untuk men-starter motor
beberapa kali, akhirnya mesinnya menyala. Kami pun bingung apa penyebab
mogoknya motor itu. Namun kami tak ambil pusing, lalu kami melanjutkan langkah
ke tempat foto copy.
Selama berjalan bersama mereka, aku merasa aneh karena aku
lebih tinggi dan besar (Gemuk. Oke.) dari kedua adik ini. Aku bingung harus
berjalan di antara mereka, di belakang mereka, atau di mana. Alhasil, aku kerap
kali berpindah sisi selama berjalan. Ketika berjalan di antara mereka, aku
merasa seperti big boss, a real ‘big’ boss, dengan posturku. Berasa
seperti aku menjadi tembok Berlin yang menghalangi mereka. Kadang juga terasa
seperti aku adalah ibu mereka dan rasanya ingin merangkul kedua adik
(berpostur) kecil ini. Lalu ketika aku berjalan
di belakang mereka, mereka dengan asyiknya membicarakan topik yang tidak
kuketahui dan aku hanya diam, berjalan mengikuti di belakang. Berasa seperti
kerbau yang mengikuti dua gembala menuju padang rumput. Formasi selanjutnya
adalah aku berjalan di depan, karena kondisi jalan yang sempit mengharuskan
kami untuk berjalan in line, rasanya
seperti aku sedang berjalan sendiri dan tidak sadar ada kedua adik yang
menyertaiku. Intinya, aku masih bingung bagaimana harus memposisikan diri
ketika besok lagi aku berjalan dengan mereka. Hmmm… Any suggestion?
Cerita berikutnya, aku merasakan ketika berjalan dengan
mereka, aku lebih percaya diri. Entahlah kalau aku menyalahartikan perasaan
superior dengan perasaaan percaya diri. Bisa saja karena berjalan dengan kedua
adik ini, aku merasa bagai pemimpin. Tapi seharusnya aku malu, sih. Atau
bagaimana? Yang jelas, aku tadi menyapa teman-temanku yang biasanya aku hindari
untuk kusapa karena malu. Iya, aku biasanya pemalu sekali, bahkan dalam hal
sapa-menyapa.
Ajaibnya lagi, ketika aku berjalan untuk masuk ke kelas
selanjutnya, yakin kelas Speaking, aku
merasa lebih percaya diri. Padahal dari malam sebelumnya, aku sudah merasa
waswas karena hari itu adalah Impromptu
Speech Day. Aku selalu merasa cemas kalau ada kuliah yang mengharuskan aku
berbicara di depan kelas. Takut malu dan nggak bisa menyampaikan ide yang udah
berenang-renang di kepala!
Sepanjang kelas pun aku merasa baik-baik saja dan tenang
meskipun aku tetap tidak mau merelakan diriku untuk menjadi korban uji coba
berbicara di depan kelas :p
Tidak hanya di situ, ketika sore tadi aku belanja alat
tulis, aku bertemu dengan salah seorang teman yang baru kukenal sebulan yang
lalu. Sebenarnya dia teman satu kampus, bahkan satu jurusan. Aku pun sudah tahu
dia sejak lama, tapi aku terlalu pemalu untuk mengajak berkenalan terlebih
dahulu. Bulan lalu, ketika aku bekerja untuk suatu lembaga, aku bertemu dengan
dia dan dia mengajakku ngobrol. Mulai dari situlah we’re officially kenalan. Nah, biasanya nih, aku paling males menyapa
(dan malu juga) kalo ketemu temen di tempat umum. Tapi tadi, ketika liat dia,
aku menyapa dan sedikit berbasa-basi. Aku merasa itu kemajuan yang sangat baik
berkenaan dengan kemampuanku bersosialisasi dengan orang lain.
Jadi, hari ini aku mengalami kejadian yang berbeda dari biasanya dan aku juga merasa rasa percaya diriku sedang membaik
dan semoga terus begini (Amin!) sehingga aku ke depannya bisa semakin jago
berinteraksi dengan orang lain. Tidak lagi malu-malu karena alasan sepele.
Itu dia kisahku hari ini. Meskipun itu hal sederhana dan
mungkin dianggap aneh karena hal begitu saja diceritakan, menurutku itu adalah
hal spektakuler dalam hidupku. I’m happy
to be who I am now and want to be better to make me happier in the future!
Senin, 16 Februari 2015, 10:01
(Agatha Elma Febiyaska)
Comments
Post a Comment