Suatu Malam, Sebuah Doa
Bermalam di suatu tempat doa yang menenangkan adalah pilihan
terbaik ketika hatinya sedang kacau; ketika ia sedang mencari-cari jawaban akan
suatu pertanyaan yang bahkan ia sendiri tidak tahu apa.
Setibanya di sana, ia menundukkan kepala, memejamkan mata,
membuat tanda kemenanganNya, dan mulai bercerita,
“Selamat malam, Tuhan. Terima kasih sudah mengundangku
kembali ke sini. Kali ini aku ingin bercerita mengenai kebingunganku. Dua hari
yang lalu aku bertemu sosok yang aku rasa sudah aku cintai selama lima tahun
terakhir. Seharusnya aku merasa senang karena terakhir bertemu dengannya itu
sudah dua tahun yang lalu. Tapi setelah ngobrol singkat dan akhirnya berpamitan,
aku malah merasa bingung. Ada yang salah dengan hatiku, pikirku. Sebenarnya apa
yang terjadi, Tuhan?
Tuhan, terlebih aku ingin mendoakan seseorang yang aku
rindukan. Seseorang di timur sana. Aku merindukannya, Tuhan. Aku sendiri belum
yakin akan perasaan ini. Yang aku tahu, aku menyayanginya.
Maafkan aku apabila
aku menyayanginya. Aku tahu ini salah, namun aku tahu bahwa Engkau tidak
sembarangan ketika menghadirkan rasa ini di dalam diriku.
Tuhan, aku hanya bisa memeluknya dalam doa. Aku hanya ingin
mendoakan segala yang terbaik untuknya. Aku hanya ingin dia bahagia.
Tuhan, sekarang aku hanya minta sebuah kesempatan untuk menyayanginya,
untuk menikmati rasa ini. Suatu saat, apabila Engkau merasa waktunya sudah
cukup, buatlah aku menjauh darinya secara perlahan. Aku akan berusaha untuk
merelakannya dengan sungguh. Terima kasih, Tuhan. Amin.”
Dan selama cerita itu mengalir, air mata pun mengalir bersamanya.
Ganjuran, 1 Agustus 2015, 00:10
(Agatha Elma Febiyaska)
Comments
Post a Comment