2019: Titik Balik dan Naik Kelas



Tulisan ini hampir nggak tercipta. Kalo akhirnya aku share, aku bangga sama diriku sendiri hehehe.

Udah basi tapi tetep enak banget bilang "Tahun ini cepet banget yaaaaa! Edan!" but well, that's the truth.

Oke, aku mulai dari menulis tulisan ini. Akhir tahun tinggal besok, kepala sudah penuh dengan materi untuk tulisan ini, tapi kenapa susah sekali memuntahkan kata-kata tahun ini? Lihat saja post terakhir di blogku ini tentang buku yang aku baca sampai bulan Mei kemarin. Setelah itu, hanya sedikit sekali buku yang kubaca. To be worse, aku pun jaraaaangg sekali menulis. Sungguh berkebalikan dengan tahun lalu. Kenapa?

Titik Balik

Kalau kalian baca refleksi tahunanku di akhir 2018 kemarin, rasanya beraaaattt sekali untuk kembali berdiri dan berjalan tegak lurus. Sebelum membuat refleksi ini, aku membaca-baca lagi refleksi tahun lalu, melihat-lihat foto sepanjang tahun ini, dan mengingat-ingat kejadian demi kejadian yang sudah kualami. Apa yang kurasakan? Aku takjub.

Yuyur, sampai bulan Mei kemarin, jalanku masih limbung. TAPI, bulan Mei juga merupakan titik balik yang awalnya nggak aku sadari. Kupikir aku cuma kembali pada distraktor yang lain. Kupikir aku cuma akan terhibur sejenak, lalu ambruk lagi. Ternyata? TUHAN MAHA(MEM)BA(L)IK, CUY!

Dapet Kerjaan (yang kata orang) Enak

Setelah gagal nekat mendaftarkan diri jadi diplomat sampai tes tahap akhir (yang aku syukuri kegagalannya karena itu beneran bukan jalanku), mencoba apply ke ratusan perusahaan (beneran! sampe aku tulis manual setiap kali habis apply), dan bertahan dua minggu ngekos di Jakarta dengan harapan memulai sebuah kerjaan yang akhirnya kugagalkan (dan lagi-lagi aku syukuri karena berani mengambil langkah mundur untuk ini), aku akhirnya dapet kerjaan. Di mana? JOGJA. Kerjaannya apa? Jadi Travel Buddy di startup travel gitu, dengan tim kecil bertiga, kantor di coworking space. Di samping jadi Travel Buddy, aku juga mengurusi bagian media sosial, administrasi, dan semuanya yang bisa aku handle karena begitulah atmosfir kerja di startup kecil. 

Pekerjaan yang membuatku belajar, namun juga sempat membuatku terperangkap dalam zona nyaman yang berujung kebodohan. Pekerjaan yang selalu mengundang komentar "wah, enak dong kerjaannya jalan-jalan!" yang kutanggapi dengan senyum masam. Soon, aku akan tulis khusus tentang kerjaanku ini. 

Mengunjungi Banyak Tempat Baru

Tahun lalu atau tahun-tahun sebelumnya, aku memang pergi ke beberapa tempat baru juga, sih. Mau kuganti sub-judulnya, tapi enggak jadi. Aku belokkan ke sini saja:

Tahun ini tempat baru yang kukunjungi benar-benar memberikan pengalaman yang luar biasa dan tempat-tempat itu pun bikin aku ingin semakin banyak mengunjungi tempat baru. Izinkan aku menyebutkan beberapa tempat itu, ya:
Jakarta Aquarium. Salah satu tempat impianku!
  1. Dieng. Di mana aku pertama kali bertugas sebagai Travel Buddy setelah tiga bulan bekerja. Meng-handle 40 orang, sementara aku kewalahan meng-handle diriku sendiri. Banyak kekurangan yang kulakukan di sini. Tapi ya banyak sekali yang aku pelajari. 
  2. Jakarta. Tahun 2019 sepertinya aku sudah bolak-balik ke Jakarta entah berapa kali. Sampai aku sudah menjajal hampir semua jenis kereta eksekutif (kebetulan saja~). Tapi setiap kali ke sana, aku selalu mendapatkan cerita baru. Dari yang tadinya aku semangat sekali ingin menjajal hidup di Jakarta, sampai kembali ke rasa awalku terhadap Jakarta. 
  3. Taipei. Ya meskipun cuma di bandaranya :") tapi aku udah cukup bangga bisa menghabiskan puluhan jam di bandara ini sendirian. Kedinginan dan kelaparan di lounge, semua berhasil kulewati! 
    Gabut 18 jam di Taoyuan Taipei Int'l Airport, nyobain kereta antar terminal yang kayak mainan
  4. Korea. WAGELASEH INI! Aku sudah menulis "Ke KOREA 2020" di dreamboard-ku, eh malah kejadian di bulan November kemaren. Dalam rangka bawa klien kantor, sih. Tapi kan tetep aja! Aku pengen nulis khusus tentang ini tapi basi gak, ya? Hahaha. 
    Monmaap, Travel Buddy-nya juga pengen difotoin

Menambah Anak 

Ha edan po. Maksudnya "anak."

Maksudnya, bisnis. 

Walaupun sempat mencoba sebuah bisnis tahun lalu dan harus mandheg, Puji Tuhan, aku belom kapok berbisnis dan mencoba lagi tahun ini. Emang deh, gak sia-sia jiwa bisnisku yang udah terlatih sejak SD!

Coba kalian cek di Instagram @travelbuddyjogja. Nah, itu anakku. Selain dua anabul kaki empat, aku punya Travel Buddy Jogja (TBJ) sebagai anak tambahanku di tahun ini. Sebuah bisnis yang bergerak di bidang wisata lokal Jogja plus pre-wedding photoshoot. Bisnis ini terlahir karena lingkunganku, di mana aku kerja di bidang travel dan Ayahku udah lama jadi Tour Guide/Leader. Lalu, aku kepikiran untuk melakukan sesuatu di akhir pekan dan lahirlah si ragil, TBJ. Segera deh, aku tulis juga tentang ini. Ya ampun, aku udah janji mau nulis 3 konten baru. Semoga terwujud biar aku sekalian temu kangen lagi dengan dunia menulis. 

TBJ Team!
Tau nggak, sampai sekarang, masih banyak yang bingung aku itu kerja apa. Bahkan masih ada yang mikir kalo aku belom punya kerjaan. Lucu aja denger orang nanya, "Lho sekarang Elma kerja di mana?" "Elma sekarang udah kerja?" "Semangat ya, pasti akan dapet kerjaan yang pas."

...and I was like senyum-senyum geli agak mau pongah tapi untuk apa :)))) Ketika mereka bilang gitu, aku tuh udah kerja sekaligus punya bisnis jeeeeeee.. Meskipun keduanya belom bisa memberikan aku harta kekayaan melimpah, tapi keduanya mampu mencukupiku secara finansial dan tentunya bikin aku belajar dan menemukan kebahagiaan. Walaupun tetep ada tantangannya lho, ya!

Naik Kelas

Nah, ini bagian yang agak reflektif. Hal yang dulu suka banget aku tuangkan dalam tulisan. Tapi...... yuyur lagi, aku sekarang udah agak susah buat melakukannya karena aku mulai memberikan porsi lebih besar pada logika daripada perasaan. But, let me try. 

Self-Love

Mungkin memuakkan mendengar "love yourself first" but that mantra's been holding me tight until now, so that my crown stays in its place beautifully. Setelah sempat kehilangan diriku, aku berusaha banget buat kembali mencintai setiap keping diriku. Berhasil, lalu gagal lagi, berhasil lagi, nyaris gagal, sampai sekarang mulai berhasil dan jauh lebih baik. Bukan blind self-love, ya. Aku mencintai diriku yang sudah improved dan mau mengusahakan memperbaiki beberapa hal untuk kebaikanku juga. 

Detox

Detoksifikasi sendiri berarti membuang racun. "Racun" dalam hidupku yang kubuang adalah toxic people, toxic relationship, unimportant feelings, worries, fears, and complicated thoughts. Banyak yang berhasil dan masih ada yang terus diusahakan untuk dihilangkan. Tapi beneran sih, ketika berhasil membuang racun-racun itu, hidup jadi lebih sehat. Aku jadi susah sedih dan juaraaaaangg buaaangeeett nangis. Aku nangis sekarang cuma karena nonton drakor atau film tentang keluarga. Pernah nangis karena hal lain, itu cuma sebentar dan gak berulang dengan alasan yang sama. 

Be The Man

Aku mendapatkan good power "to be the man" ini dari temanku dan aku menjadikannya pegangan setiap kali aku ragu untuk memulai sesuatu yang belum pernah kulakukan sebelumnya. Berkali-kali aku berhasil sempurna, berbekal good power itu. Tapi pernah juga kewalahan karena jadinya malah "sok bisa" hahahaha tapi seru, sih. Jadi pelajaran aja kebodohan macam itu. Sing penting wani sik. 

Grateful 

"Mau misa atau nunggi di-misa-in?" canda temanku kemarin, mengetahui aku akhir-akhir ini jarang misa karena kerjaan atau ketidakinginan. Ingat, bagiku misa bukan kewajiban, tapi kebutuhan. Bukannya aku tidak butuh misa belakangan ini, hanya saja.... begitulah. Susah menguraikannya. Aku saja bingung. Intinya, aku tetap tidak lupa untuk berucap syukur atas berkat Tuhan yang tidak ada habisnya untukku. Bagaimana ucap syukurku? Banyak caranya dan tidak perlu disebutkan satu per satu. Kesadaran akan kebaikan Tuhan kerap terlewatkan kalau sudah berhasil mencapai banyak hal dan mendapatkan ini-itu. Tapi Puji Tuhan, aku tidak. 

Struggling

Banyak kehilangan dan kejatuhan yang terjadi padaku dan keluargaku di tahun ini. Memikirkan besok makan lauk apa? Ya. Kebingungan saat shampoo, sabun, dan skincare sudah habis tapi uang pun tak

ada? Ya. Masih tetap harus nongkrong untuk menyeimbangkan kewarasan tapi harus hutang teman dulu? Ya. Masalah keuangan menjadi sahabat baru di tahun ini. Tapi aku tidak memusuhi. Aku dan Ibuk, kami pernah sharing sampai menangis; hal tentang Tuhan selalu mencukupkan. Ketika kami mulai khawatir, dengan mantapnya aku dan Ibuk bergantian mengingatkan, "Tenang aja, besok pasti ada. Tuhan pasti mencukupkan. Pasti." And He's been doing it all the way. Keren lah, Tuhan! Momen ini bikin aku naik kelas banget soal faith, patience, and acceptance.

Happy

Aku selalu menggaungkan "be happy" untuk diriku sendiri dan orang-orang yang kusayangi. Karena aku pun sudah mengalami bahwa mantra kecil itu kekuatannya besar sekali. With that, aku berhasil nggak lagi overthinking terhadap suatu hal, berhasil mengesampingkan hal gak penting buat dipikirin, berhasil memilih hal apa yang sebaiknya masuk ke dalam hidupku. Selama hal tersebut masih bisa dikontrol, maka aku akan mencoba mengontrolnya untuk mendapatkan kebahagiaan dari hal tersebut. 


Sebenarnya aku takut banyak hal yang terlewat tidak kutuliskan di sini, tapi tidak apa-apa. Bisa disusulkan. Supaya ada alasan untuk menulis lagi dan lagi.

Jadi, itulah 2019-ku. Tahun yang selalu kubilang pada orang-orang sekitarku sebagai tahun titik balikku; bagaimana Tuhan benar-benar memberikan lembaran-lembaran baru untuk aku baca dan coret-coret. 

Pssstt... katanya, tahun 2020 banyak kejutan, tantangan, dan tawaran tak terduga, lho! Cannot wait to sail with a new boat soon! I'M READY TO FACE THE BIGGER WAVES TO EXPLORE MANY MORE ISLANDS AND OCEANS! HOHOHO!



Mucho amor,
el

Comments

Popular Posts