Aku (adalah) Penentu Masa Hidupku
"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci." (Pengkhotbah 3)
Tadi, di sela-sela ujian praktek bahasa Jerman, sahabatku, Mona, tiba-tiba menunjukkan ayat tersebut padaku dan kami pun tahu, semua itu benar adanya.
Aku sedang mengalami masa di mana semua terasa berubah-ubah. Sahabatku, Anggi, mengatakan bahwa ada yang berbeda dariki. Aku menyangkalnya, tentu. Tapi sebenarnya kurasa, itu benar. Aku sedang mengalami 'perubahan' di setiap milimeter kehidupanku, kisahku. Cerah datang setelah masa suram yang cukup lama, bagiku, namun belum cukup lama bagi para sukses di luar sana. Namun hanya berselang beberapa waktu, kebahagiaanku menguap dan terus menguap. Entah seberapa banyak yang tersisa sekarang.
Yang aku rasakan hanyalah santai yang kelewat santai, tertekan, sedih, kecewa, malas, dan berbagai hal buruk lain. Memang masih ada beberapa hal baik di balik semua itu, tapi hal-hal buruk mendominasi dan aku merasakan itu tidak akan baik kalau kubiarkan mengendap di dalamku.
Aku memang sedang mengalami masa yang kurang nyaman menjelang ujian nasional. Aku merasa segala sesuatu berbalik justru di saat aku membutuhkan dukungan dan semangat. Apa yang sedang terjadi? Aku sedikit mulai merasa gagal, meskipun ujian belum dimulai. Namun bukan Elma namanya kalau menyerah dalam kondisi seperti ini. Aku bisa menjadikan hal-hal "menyenangkan" itu menjadi motivasiku. Membalik segala sesuatu seolah-olah sesuai dengan harapku. Karena segala sesuatu ada masa-nya, kini aku memilih kata: tertawa, menari, memeluk, mencari, berbicara, dan mengasihi sebagai motivasiku menjalani masa labilku ini!
Aku tidak menginginkan tangis, ratap, diam, dan benci merusak jalinan kisahku yang seharusnya happy ending ini. Masa sedih dan masa bahagia. Kalau dipikir-pikir, sedikit-banyak, kita sendiri ikut campur tangan dalam 'ter-namai-nya' suatu masa dalam hidup kita. Ya, segala sesuatu ada masanya. Aku sudah menentukan masaku. Bagaimana denganmu?
Aku, penentu kisahku,
penentu hidupku...
Kamar Saka, Lagi Nulis Cerpen, 14:06
(Agatha Elma Febiyaska)
teknik sipil ugm..
ReplyDeleteaku gk ke daftar undangan, nunggu SNMPTN!!!