Imlek, Barongsai, KESURUPAN!

Sungguh, kejadian ini absurd sekali...

23 Januari, Hari Raya Imlek, siang sekitare pukul 13.30, di sebuah mall ramai pengunjung di Jogja.

Aku mengajak sahabat-sahabatku untuk berkumpul, meskipun besok kami harus menghadapi Try Out. Akhirnya kami memutuskan untuk berkumpul di sebuah mall. Satu per satu dari kami pun datang hingga 5 orang yang sudah mengkonfirmasi kedatang, datang semua. Kami kelaparan dan langsung memesan mie ayam 5 mangkok dan es teh 5 gelas (serasa tidak di mall).

Ketika 4 sahabatku sedang mencampur berbagai macam saos ke mie ayam mereka dan aku sudah setengah jalan menikmati porsiku, rombongan barongsai yang tadi ber-atraksi di lobby depan mall  tiba-tiba masuk melalui parkiran yang tembus ke foodcourt di mana kami sedang makan. Awalnya kami tenang-tenang saja meskipun sedikit kesal karena kenikmatan kami akan terganggu dengan suara berisik genderang dan simbal. Tapi tak apalah. Hingga tiba-tiba....
"Kok kakiku panas, ya?" celetuk Anggi. Aku yang juga merasakan hawa panas itu langsung mengiyakan celetukan Anggi dan ternyata tidak hanya kami berdua. Ika dan Mona pun merasakannya. Hanya Deta yang, entah kenapa, tidak merasakannya. Namun kami leleh-luweh dan melanjutkan makan. Barongsai pun mulai berjalan menaiki eskalator menyusul liong yang sudah berada di lantai atas diiringi tabuhan genderang dan simbal. Semua berlangsung biasa dan kami turut menikmati jalannya atraksi barongsai tersebut sekilas.

Mie ayamku habis pertama. Sedang memandangi partner in crime-ku, lalu tiba-tiba Ika mencengkeram tanganku, "Mam, badanku nggak enak..." ujarnya terbata. Raut wajahnya nampak kesakitan dan memerah. Ika pun menarikku menuju kamar mandi. Atraksi barongsai dan liong masih berlangsung.

Di kamar mandi, Ika hanya mencengkeram tanganku kuat-kuat, nampak dia kesusahan bernafas dan air mata terus mengalir dari matanya. Aku mau bertanya, namun kuurungkan niat dulu. Setelah ia nampak sedikit, sedikit sekali, tenang, aku baru bertanya,
"Kamu kenapa? Sakit?"
"Enggak. Rasanya tuh badanku nggak enak banget!" jawabnya terbata sembari menangis.
"Lha kenapa to?"
"Pergi. Pergi dari  sini! Pindah!"
Aku bingung. ini dia mengusirku atau bagaimana. Lalu otakku yang cerdas ini pun berkedip-kedip.
"Sebentar ya, sebentar. Aku bilang anak-anak dulu."
Aku pun meninggalkan Ika di kamar mandi dan menghampiri Anggi, Deta, dan Mona yang masih melahap mie ayam mereka. Aku menjelaskan kondisi Ika, lalu Mona segera ke kamar mandi menyusul Ika. Beberapa menit kemudian, Ika dan Mona keluar dari kamar mandi dan langsung mengajak kami untuk meninggalkan mall tersebut. Anggi dan Deta, dengan setengah hati melepaskan sendok dan garpu. Aku, yang tidak mau rugi-rugi amat, menyeruput sedikit es teh yang masih banyak sementara mereka sudah berjalan ke parkiran.

Kami keluar dengan kondisi bingung dan panik. Apa yang tejadi?

Kami pun memutuskan untuk pergi ke kafe karena Anggi, Deta, Mona, dan Ika belum selesai makan tadi. Di kafe, rasanya semua sudah kagol dan hanya memesan jus, banana split, dan maccaroni cheese. Ika menceritakan apa yang dirasakannya tadi.
"Rasanya tuh capek, lemes. Kayak habis lari seratus meter gitu!"
Kami pun mengeluarkan berbagai macam spekulasi versi kami masing-masing.
"Tadi kerasa panas kan? Itu tuh kita lagi diuji dosanya. Nah, Ika yang dosanya paling besar, terus aku yang paling gak berdosa soalnya aku nggak ngerasain panas!" kata Deta.
"Mungkin karena aku pake baju merah kali, ya," kata Ika.
"Mungkin aja. Mungkin kan tim barongsai itu sebelum melakukan atraksi itu ada ritual-ritual gitu. Dan mungkin badanmu nggak cocok sama hal yang berbau cina-cina gitu!" kataku.
"Udah to! Aku tuh masih mikirin ayamku! Aku tuh biasanya kalo makan mie ayam pasti ayamnya tak jadiin gong. Nah, ayamku tadi masih kotak-kotak belom tersentuh..." ratap Anggi.
"Lha mie ayamku? Masih utuh, coooyyy..." sahut Deta.

Setelah berbagai 'kemungkinan' yang kami lontarkan dengan guyon, kesimpulan dari peristiwa tadi adalah: tahun depan pas Imlek nggak usah ke mall itu.

Kami pun pulang masih dengan kebingungan dan merasa bodoh. Semacam anti-klimaks.








Warnet Sebelah Rumah, Bingung, 16:51
(Agatha Elma Febiyaska)

Comments

  1. enggak kok, mbak. temenku bener2 langsung nagis njuk minta pindah tempat gitu, padahal makanan kita beloh habis -_- hahaha

    ReplyDelete
  2. Sempet2nya mikirin makanan huahahaha :))
    Setannya uda keluar kan brarti?

    ReplyDelete
  3. hahahaha makanan itu penting, mbak. lha udah bayar e :p
    gak kerasukan kok, cuma dia mungkin kelewat peka kali yaaaa... nyebahi tenan de'e

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts