Motivasi Lanjut Studi #KoreanDream

Di dua post sebelum ini, aku janji mau share apa motivasiku untuk studi lanjut, di Korea pula. Sebelum lupa dan malas, aku buatlah ini sekarang. 

*

Dulu waktu SMP dan SMA, bahkan kayaknya sampe kuliah semester awal, aku masih kepikiran buat S2 di luar negeri, mulai dari pengen kuliah di Perancis, Belanda, Amerika, Inggris, sampe akhirnya pengen balik ke negara pas jadi exchange student 7 tahun lalu, yang malah sama sekali nggak aku impikan untuk meraih gelar S2: Korea Selatan. 

Ada beberapa hal yang jadi motivasiku buat ambil S2 di Korea. Nggak semua motivasi ini aku dapetin dalam satu waktu. Tapi kan ada tuh momen tiba-tiba kepikiran atau sengaja mikir tentang hidup, nah ini semacam buah dari perenungan dalam beberapa waktu ini. 

1. Ingin tinggal di luar negeri dalam waktu lama, tapi melakukan kegiatan berguna

Entah udah berapa kali aku bilang, kalo tiap kali ke luar negeri, aku nggak pengen nggak cuma buat jalan-jalan aja. Jadi harus ada yang aku hasilkan, nggak cuma habiskan. Termasuk buat S2 ini. 

Tinggal di luar negeri tiga hari, seminggu, sampe empat bulan pun pernah. Semakin lama pernah tinggal di satu negara, jadi semakin tau kayak gimana negaranya dan kebetulan kok ya enak negaranya. Jadilah aku pengen balik lagi dan tinggal di sana lebih lama. Berhubung nggak mungkin di sana nggak ngapa-ngapain karena aku bukan Sultan's beloved daughter, makanya aku harus cari cara lain, salah satunya dengan apply beasiswa. 

Selain buat membantu pendanaan selama kuliah dan hidup di sana, dengan memakai beasiswa, aku bakalan jadi termotivasi dan lebih bertanggungjawab sama studiku karena kan beasiswa ini kayak modal yang harus aku kembalikan dalam bentuk lain, yaitu pengabdian dengan menerapkan apa yang udah aku dapet. Win-win solution. Pemberi beasiswa mengeluarkan dana yang akhirnya menghasilkan lulusan yang bisa berguna untuk negara pihak pemberi beasiswa maupun negara asal penerima beasiswa dan penerima beasiswa pun keinginannya untuk studi di luar negeri terpenuhi, dibayar dengan usaha untuk lulus dengan baik dan ke depannya mendapatkan pekerjaan yang berkaitan. 

2. Bahasanya sudah kupelajari

Sebelum aku berangkat exchange program ke Korea di tahun 2014, aku sempet ambil les Bahasa Korea intensif selama sebulan. Cukup bikin mumet soalnya kan Bahasa Korea perlu belajar aksaranya juga. Untungnya, aksara Korea (hangeul) itu gampang dan untungnya lagi, buatku itu mirip sama aksara Jawa yang jadi salah satu favoritku selama masa sekolah. 

Waktu di Korea, aku pun wajib ambil kelas Bahasa Korea selama satu semester dan di luar itu juga harus punya tutor privat sama mahasiswa di kampus sana. Meskipun begitu, selama di sana, aku nggak banyak praktekkin dan sepulang dari sana pun kayak udah nggak minat buat belajar lagi. Dasar aku 😊 Bahkan dulu aku kan beli buku belajar Bahasa Korea yang bagus dan harganya pun bagus, eh aku kasih ke orang. Nyeselnya sekarang. Dan ada yang ilang juga entah ke mana. 

Terus, mulai bulan Agustus 2020 kemarin, karena pengen nambah kegiatan (padahal kerjaan juga nggak selo-selo banget), sok ngide lah ambil kelas online Bahasa Korea. Eh, kelar 1 level. Bangga akutuh. Ditambah lagi, Big Hit (agency-nya BTS) ngeluarin buku belajar Bahasa Korea yang super fancy. Aku pun beli 😊 Order September, dapetnya January. Ternyata  seperti itu rasanya jajan merchandise idol group.

3. Sudah 50% paham budaya dan situasinya

Lagi-lagi berkat pengalaman ikut student exchange program di tahun 2014, yang awalnya aku nggak tertarik sama Korea, akhirnya aku bisa jatuh hati. Kan lumayan lama tuh, aku ikut programnya satu semester dan sebagai international student, waktu itu diajarin banyak kebudayaan sana dan rasa penasarannya tinggi untuk eksplor ini-itu. 

Kemudian, aku dengan percaya dirinya, balik lagi di tahun 2019 sebagai travel buddy untuk grup wisata kecil berisi 4 ibu-ibu sebuah kantor. Dengan pengalaman 5 tahun lalu pernah tinggal di kota yang bukan Seoul, aku yakin aja kalo bisa nemenin mereka jalan-jalan menikmati Seoul. Alhasil, lumayan kok! Pada seneng dan dapet banyak pengalaman dolan di sana bareng aku. 

Anyway, pas aku ke sana tahun 2019 itu, aku sama sekali nggak khawatir bakalan nyasar atau gimana. Di sana beneran aku nyasar berkali-kali, naik-turun bus, jalan mondar-mandir, bahkan itu malem-malem. Tapi aku ngerasa baik-baik aja. Aku ngerasa seneeeng banget begitu menjejakkan kaki lagi di sana. It felt like coming home, somehow.

Selain dua pengalaman itu, aku kan juga agak banyak nonton drakor dan sekarang jadi ARMY; itu bikin aku makin ngerti budaya dan situasi Korea kayak gimana. Meskipun ada hal-hal yang bikin waswas, tapi aku juga makin penasaran buat tinggal lebih lama lagi di sana. I want to challenge myself more! 

4. Melihat future opportunity yang bagus

Ini berkaitan sama jurusan yang akan aku ambil, nih, yaitu Tourism Management. Pastilah, kalo liat keadaan sekarang, rasanya "ngapain ngambil jurusan Tourism di saat kondisi lagi kayak gini?" 

Eh halo, kan sekarang belajar dulu. Toh aku butuh waktu 3 tahun buat belajar. I'm sure that in 3 years, the tourism in Korea and Indonesia will recover. We should think for the future by reflecting from the past and learning from the present, kan? 

Buatku, Tourism adalah salah satu dunia yang akan terus berkembang dinamis seiring berjalannya waktu. Semakin banyak orang suntuk dengan kerjaan yang makin variatif sekarang ini, makan akan semakin banyak pula orang yang butuh liburan untuk menyeimbangkan kesehatan jiwa dan raga. 

Ditambah lagi, hubungan Indonesia dan Korea saat ini sudah bagus. Kedua negara saling menguntungkan. Dari segi pariwisata, banyak turis Korea yang datang ke Indonesia; begitu pula banyak orang Indonesia yang berlibur ke Korea. Kemudian dari segi bahasa, pelatihan atau kursus Bahasa Korea banyak diminati karena berbagai faktor. Sementara itu, Bahasa Indonesia juga banyak dipelajari lho, oleh orang Korea! Bahkan ada kampus yang menyediakan pelatihan Bahasa Indonesia di Korea dan sebaliknya.

Melihat "cuma" dari dua faktor itu aja, kedua negara sudah saling diuntungkan dan itu masih bisa diperbanyak lagi keuntungannya dengan memperkenalkan Indonesia di Korea dan Korea di Indonesia.

Nah, nih ya, kalo aku studi Tourism Management, aku bisa jadi tour guide di Korea yang berbahasa Indonesia, Inggris, dan Korea sehingga aku bisa bawa turis Indonesia yang berlibur ke sana dan bikin mereka menikmati liburannya karena ditemani oleh tour guide yang se-bahasa dengan mereka, sehingga tentunya bisa mengerti dan melayani dengan lebih baik.
Tapi juga aku bisa jadi tour guide untuk turis Korea yang datang ke Indonesia, di mana sebenarnya jumlah tour guide Bahasa Korea masih kurang dibanding jumlah turis Korea yang datang ke Indonesia. Sama, mereka pasti lebih enjoy kalo tour guide-nya bisa berbahasa sama dengan mereka.

Ini baru dari segi pengembangan pariwisata, ya. Masih ada aspek lain yang bisa menguntungkan kedua negara. Tapi kepanjangan kalo aku jabarkan di sini 😌🤣

5. Dekat dari Indonesia

Menurutku sih penerbangan direct Indonesia - Korea selama 7 jam masih terhitung dekat, ya. KALO komparasinya terbang ke US atau European countries hehehehe. Kenapa perbandingannya sana? Karena aku dulu juga sempet pernah kepikiran buat ambil studi lanjut di dua benua itu kan, kayak yang aku sebutin di awal tadi.

Sebenernya masih banyak negara lain yang jauh lebih deket dari Indonesia ketimbang ke Korea. But they're not in my list.

Anyway, jarak yang kuanggap dekat ini penting untuk pertimbangan kalau misal ada waktu dan dana buat pulang in between waktu studi, aku nggak butuh banyak waktu dan tenaga buat di perjalanan. And in case anything bad happen at home, I won't be worried too long in the trip back home. But hopefully, the latter won't happen.

Ya waloppuuuunn, aku kalo ada kesempatan buat pulang, kemungkinan bisanya beli tiket pesawat murah yang pake transit berjam-jam 😂

6. Tidak mau stuck di kantor

Jujur, aku sebenernya seneng dengan kerjaan yang rapi dan teratur; yang jelas kapan mulai dan selesainya, yang ada polanya. But still, there's part of me yang looking for something challenging and dynamic. However, dengan kerjaanku sekarang, aku juga seneng karena aku udah berhasil mewujudkan mimpiku buat ngerasain kerja kantoran dan nggak main-main, sekalinya kerja kantoran yang beneran kantoran tuh bisa di kantor yang sekarang. 

Tapi inilah aku, yang butuh penyegaran dalam hidup karena aku ngerasa masih bisa terus berkembang dan melangkah, masih banyak yang bisa aku lakuin. Aku belum mau menetap terlalu lama pada sesuatu--mungkin hubungan juga 🤭 Ya kayak dua tahun lalu pas disuruh nyoba apply CPNS tuh jelas aku cuma mengikuti orang tua. Lumayan bisa sampe tahap akhir dan nggak keterima karena aku sendiri belom siap buat berkomitmen untuk stay di satu kerjaan for the rest of my life. God heard my heart. Anyway, it's not that I'm not being grateful, but I don't want to close the door yet, because there will be more opportunities who'd like to come and the story that want to leave. My life's still flowing freely. 

7. Ingin menambah kemampuan

Call me greedy because I want to learn more and more karena begitu sadar ternyata aku bisa ini dan itu, dan masih bisa mempelajari hal lain, it gives excitement and pride to me. Pencapaian. Menyenangkan emang, kalo bisa ngerasain seneng karena pencapaian. Bahkan se-sederhana bisa dapet ucapan "thank you for your prompt response" yang berarti aku berhasil buat give a good service that fulfil client's expectation. 

Dengan ngambil S2 jurusan yang tidak linear dengan S1-ku, tapi sejalan dengan minat dan ketertarikanku, aku excited ngebayangin gimana aku bakal belajar hal baru. Kalo dipikir, sama sih ya kayak gimana aku excited sama perubahan hidupku kayak dari mahasiswa jadi pegawai, terus jadi mahasiswa lagi. 

Astaga, sambil nulis tuh aku selalu bisa menemukan dan menyadari hal-hal yang sebenarnya udah melekat di diriku atau hidupku selama ini, tapi nggak aku notice. 

8. Life keeps going

Poin ini nyambung sama kalimat terakhir di poin 6, sih. My life's still flowing freely. And growing. 
My life keeps going. I don't feel that I'm stuck in my life or I'll stuck in my life in anytime in the near future. Gampangnya, hidupku tuh kayak masih gampang buat di-giring. 

Mungkin salah satu faktornya adalah karena I'm still single, jadi belum ada tanggungan apa-apa dan belum ada yang "nggondheli". Soalnya kalo aku udah punya pasangan, apalagi udah nikah, I'll focus on my marriage life. Iya, hidupku tetep berjalan, tapi ke arah yang beda. Fokusku bukan lagi tentang pendidikanku--that's how I feel right now. I'm not that person yang akan mau untuk lanjut studi sambil membesarkan anak. 

Selain faktor single itu tadi, karena aku termasuk yang ngerasa kalo aku belum se-tua itu meskipun bentar lagi udah mau 30, jadinya rencanaku masih agak "liar" kayak anak SMA baru lulus. Semoga semangatku buat nyelesaiin apa yang aku mulai dari mimpi dan aku bentuk jadi rencana, akan tetap terjaga sampe akhir, ya. Biar hidupku keeps going and never be flat. 


-ì—˜


Comments

Popular Posts