Aku di 23 Tahun-ku


Di usia ini, tidak ada lagi perayaan dengan kejutan ataupun kemeriahan seperti usia belasan kemarin. Tidak ada lagi 9 sahabat yang tiba-tiba datang ke rumah membawakan kue atau merayakan secara berlebih di sebuah tempat dengan rencana yang ribet. Sekarang, ulang tahun buatku bukanlah sekedar perayaan, namun pemaknaan. Semakin besar angka di belakang angka 2, semakin besarlah kesiapsediaan untuk lebih memaknai hari lahir.

Pagi tadi, aku mendapatkan pelukan dan ciuman hangat dari Ibu, Adik, lalu Ayah di sela-sela tidurku yang masih pulas. Beberapa saat kemudian, aku mengecek ponsel dan mendapati beberapa ucapan dari kakak dan teman-teman. Aku tersenyum dan merasa sedikit aneh. Dulu, di hari ulang tahunku, aku akan merasa sangat excited menanti ucapan dan tak jarang pula hadiah dari orang-orang terdekatku. Aku akan merasa deg-degan ketika membuka mata pertama kali di pertambahan usiaku.
Tapi kali ini, aku bangun dengan perasaan syukur. Tidak ada perasaan excited atau kegembiraan berlebih karena ini adalah hari ulang tahunku. Padahal, aku selalu menanti-nanti datangnya hari ulang tahunku. Aku suka hari ulang tahunku.

Meskipun aku tidak merasakan kebahagiaan yang menggebu, aku tahu bahwa aku bahagia dan sungguh bersyukur di hari spesial ini. Aku berterimakasih pada orang tuaku karena mereka-lah aku ada di dunia ini sampai di usia 23 ini. Aku senang karena banyak orang yang mengingat hari ulang tahunku dan memberikan ucapan padaku dengan caranya masing-masing. Aku melihat cinta dan ketulusan di sana. Terima kasih, kalian!
*
Sekarang, izinkan aku bercerita dan berefleksi sejenak berkaitan dengan usiaku yang baru bertambah ini.

“Aku besok kayaknya mau nikah umur 23 atau 25an gitu, deh! Kayaknya enak gitu nikah muda, jadi mama gaul.”

Mengingat perkataanku itu, sekarang aku hanya bisa tertawa. Usia 23 sudah kuinjak dan....... boro-boro nikah, pacar aja masih belum ada. Sampai-sampai kakakku memberikan ucapan yang cukup nylekit dan bikin tertawa miris,”DUA TAHUN LAGI JOMBLO PERAK cuyy. Semoga gak merayakan jomblo perak yaa hihihi.” Nggak apa-apa, nggak masalah... Gusti, paringana jodho...

Semakin ke sini, aku merasa pernyataanku dulu itu terlalu polos. Biasalah, pikiran anak remaja yang banyak dicekoki novel-novel percintaan dan FTV-FTV yang tiga kali iklan langsung jadian. Sekarang ini, aku mulai sadar bagaimana berat dan sakralnya sebuah pernikahan, sehingga tidaklah mudah untuk mencapainya. Banyak pengorbanan yang harus dilakukan, banyak perjuangan yang mengiringi setiap langkah. Tapi pasti, aku akan sampai pada saat-saat itu.

Untuk sekarang, aku melihat sudah mulai banyak teman-teman yang menikah dan mulai hamil atau bahkan sudah memiliki anak. Bahkan sahabat terdekatku pun sudah mau bertunangan! Aku sempat iri, ingin juga segera memiliki pasangan dan hubungan yang jelas. Tapi, aku kembali melihat ke hal-hal yang sudah, sedang, dan masih akan aku lakukan.

Kuliah S1 saja aku belum selesai dan sekarang aku sudah memasuki semester ke-**. Meskipun begitu, aku bertekad untuk segera menyelesaikan S1-ku dalam beberapa bulan ini. Kemudian kalau sudah selesai S1, aku harus lanjut S2 atau kerja dulu? Itu masih menjadi pertanyaan besar. Mana tadi pagi Ayah mengucapkan selamat ulang tahun, memelukku, dan berkata,”Cepet lulus ya, S1-nya. Terus lanjut S2.”

Aku sempat bercita-cita untuk kuliah S2 di luar negeri. Harus di luar negeri. Dengan beasiswa. Kenapa? Karena dengan begitu, aku akan lebih niat untuk belajar dan bermain. Jujur, aku tidak terlalu suka belajar, jadi kalau aku kuliah dengan beasiswa yang menargetkan aku untuk lulus tepat waktu, mau tidak mau, aku harus belajar giat, kan?

Tadi aku menyebutkan ‘sempat.’ Ya, sekarang aku mulai ragu dengan mimpi itu. Aku ingin bekerja usai kuliah S1 meskipun aku tidak tahu harus bekerja di mana atau sebagai apa. Yang jelas, sejauh ini aku tidak ingin bekerja sesuai dengan jurusan kuliahku, yaitu Guru Bahasa Inggris.

Aku ingin segera lulus S1, tapi aku sendiri tidak tahu mau ngapain setelah itu. Ada sih, satu rencana yang cukup besar di pertengahan tahun nanti. Tapi, aku dan keluargaku masih mendiskusikannya dengan serius. Kalau aku melaksanakan rencana itu, akan ada ‘gambaran’ lain untuk masa depanku, for sure.

Lalu, selain urusan pendidikan dan pekerjaan, aku juga masih ingin mendapatkan banyak pengalaman untuk berjalan-jalan ke berbagai kota dan negara! Mengunjungi tempat baru sudah menjadi hal yang membuatku ketagihan semenjak aku ke Korea dua tahun yang lalu. Hanya saja, keterbatasan dana, waktu, dan partner perjalanan membuatku belum bisa menyambangi banyak tempat baru. Setiap kali ingin ke suatu tempat, adaaaaa saja halangannya. Makanya, aku masih butuh waktu untuk memuaskan diri menjelajah banyak tempat. Karena dari situ, aku bisa mendapatkan banyak pengalaman yang menjadi pelajaran berharga untuk hidupku. Aku ingin menceritakan pengalaman-pengalaman tersebut ke anak-anakku kelak. (Duh, ngomongin anak lagi.)

Jadi, mulai hari pertama usia 23-ku ini, aku akan mulai memperjelas jalanku mulai dari yang terdekat (lulus S1), menengah (lanjut S2 atau kerja atau jalan-jalan atau semuanya berbarengan), dan terjauh (menikah). Yang penting sih, mulai buka file skripsi, hubungin Pak Dosen, dan minta revisi. Yuk ah, buat hidup semakin bermakna dan berguna biar menemukan banyak kejutan di setahun ke depan ini!

Selamat ulang tahun untukku dan terima kasih untuk kalian yang sudah berperan dalam hidupku. Iya, kalian semua!



4 Februari 2017, 18:00

(Agatha Elma Febiyaska)

Comments

Popular Posts