Kenapa Nggak.....?

Setiap orang pasti memiliki pertimbangannya masing-masing sebelum memutuskan suatu hal. 

Pertimbangan tersebut bisa jadi merupakan murni dan utuh dari pemikiran diri sendiri, bisa juga mengambil pendapat orang lain yang dirasa benar.

Aku pun begitu. Aku memutuskan untuk tidak mengambil mata kuliah  Kuliah Kerja Nyata (KKN) di semester ini, meskipun teman-teman seangkatan yang tahun lalu belum mengambil KKN semuanya mengambil semester ini karena memang inilah kesempatan terakhir mereka kalau mau lulus tepat waktu.

Bukannya aku tidak mau lulus tepat waktu, namun memang aku tidak akan lulus tepat waktu mau diusahakan seperti apa pun karena aku memang harus mundur satu tahun setelah tahun lalu mengikuti program pertukaran pelajar ke Korea selama satu semester. Awalnya aku merasa tidak suka dengan kenyataan bahwa aku akan tertinggal dari teman-teman yang lain, but those who left behind do not mean that they are lose, right?

Nah, berhubung aku memiliki satu tahun ekstra dibanding teman-temanku, aku mulai memikirkan segalanya dari sudut pandang lain. Aku tidak perlu terburu-buru untuk lulus karena mau diburu seperti apapun, ya jalannya sudah begitu. Jadi, aku tidak mengambil KKN semester ini dan akan mengambilnya bulan Desember tahun 2016 karena pada liburan Desember – Januari – Februari besok, aku sudah memutuskan dari awal semester kemarin, AKU MAU LIBURAN.

Terdengar bodoh? Membuang-buang waktu? Terlalu santai?

So, what?

That’s my decision and I am happy about it.

Aku memutuskan untuk liburan bukan semata-mata karena aku mau menghamburkan uang orang tua, sekedar bersenang-senang, dan melakukan hal tidak berguna. BUKAN.

Aku memutuskan untuk liburan karena semester ini aku mengambil dua mata kuliah yang cukup berat dan untuk menjalani semuanya, aku butuh ‘umpan’ dan ‘umpan’ itu adalah liburan. Eits, tunggu dulu, bukan hanya itu. Semenjak kuliah, aku merasakan energi positif, kebahagiaan, dan excitement yang luar biasa kalau aku pergi berlibur ke suatu tempat baru. Bahkan, aku memiliki sebuah blog lain yang berisi tentang tempat-tempat yang sudah aku kunjungi beberapa bulan terakhir. Aku senang berbagi informasi tempat liburan dengan orang lain. Aku menulis blogku itu sengaja dalam Bahasa Inggris supaya orang dari negara lain pun mengetahui kalau ada tempat-tempat bagus di Indonesia.

Memang aku masih miskin sekali pengalaman mengeksplor Indonesia karena keterbatasan waktu dan dana. Tapi, kalau ada kesempatan, aku pasti akan menggunakannya sebaik mungkin. Jadi, aku berlibur tidak hanya untuk bersenang-senang dan kemudian terlupakan. Aku akan dengan senang hati mengingat setiap detail dari perjalanan tersebut untuk kemudian dibagikan kepada orang lain.

Aku lebih suka pergi ke kota yang belum pernah aku kunjungi. Kalaupun aku harus ke kota yang sama, sebaiknya aku memilih spot menarik lain di kota tersebut. Aku tidak ingin mengunjungi spot yang sama, di kota yang sama, dalam kurun waktu 2 – 3 tahun karena besar kemungkinan kalau belum banyak perubahan di sana. Aku liburan juga ingin mempelajari dan mengetahui hal baru.

Untuk liburan besok, sebenarnya aku ingin sekali pergi ke Sumba, Nusa Tenggara Timur. Rencana itu sudah sedikit lagi akan terwujud setelah aku meminta berkali-kali pada orang tuaku untuk pergi ke sana dan merencanakan bagaimana aku akan menjalani liburanku di sana. Namun, tiba-tiba sebuah kesempatan menarik datang: Thai Culture Camp! Itu merupakan sebuah program pertukaran kebudayaan antar negara ASEAN yang rutin diadakan setiap tahunnya, yang diadakan di Thailand. Keinginanku untuk pergi ke Sumba tidak goyah, namun keinginan untuk mengikuti camp tersebut tumbuh kuat.

Aku pun menanyakan biaya dan segala macam pada panitia camp tersebut. Setelah mendapatkan informasi yang aku butuhkan, aku mulai menghitung dan menimbang.

  •  Selisih biaya yang dibutuhkan untuk ke Sumba dan Thailand tidaklah terlalu banyak.  
  •  Aku belum pernah ke Thailand dan aku kebetulan memang menargetkan untuk pergi ke satu negara baru (minimal) setiap tahunnya.
  • Program ke Thailand itu tidaklah ‘kopong’ karena itu merupakan program culture exchange, jadi selain jalan-jalan ke negara baru, aku juga mendapatkan pengetahuan baru mengenai berbagai budaya di Asia Tenggara, khususnya Thailand karena aku akan tinggal di sana selama satu minggu untuk camp tersebut.
  •  Bukannya aku tidak cinta Indonesia, sehingga aku mengesampingkan Sumba. Tapi kesempatan ini tidak akan datang dua kali! Sedangkan untuk ke Sumba, aku bisa pergi ke sana kapan saja asalkan aku ada uang dan waktu karena aku tidak terikat suatu acara untuk pergi ke sana.

Tidak mudah untuk meyakinkan orang tuaku supaya aku diizinkan untuk mengambil program ini. Bahkan ibuku mengatakan kalau beliau hanya akan membiayai biaya pendaftaran (mencakup akomodasi, makan, dll) sebesar sekian juta dan aku harus mencari sendiri uang sakunya.

Aku pun langsung menjawab: YA. Setelahnya, aku baru memutar otak bagaimana mendapatkan uang yang cukup untuk uang saku itu. Aku memiliki waktu sekitar dua bulan untuk mengumpulkan uang itu. Makanya, aku bersedia menulis artikel lebih banyak untuk website di mana aku bekerja sebagai content writer. Aku juga masih rutin melakukan gerakan menabung 5000 sehari.

Sekarang, aku sedang menunggu temanku yang juga akan ikut, untuk menyelesaikan pembuatan paspornya, lalu aku bisa langsung konfirmasi dan membayar uang muka. I’m very excited about this holiday!

Silahkan saja kalau masih ada yang mau berkata bahwa aku bodoh karena lebih mengutamakan liburan ketimbang KKN. Tapi asal kamu tahu, aku sudah mengatur jadwal kuliahku hingga lulus sebaik mungkin. Bahkan setelah liburan besok ini, aku tidak akan merasakan liburan semester ganjil karena harus praktek mengajar di sekolah dan juga tidak untuk liburan semester ganjil tahun depan karena aku harus KKN. Karenanya, aku akan menggunakan waktu yang ada selama libur Desember – Februari besok untuk pergi ke beberapa tempat. Mungkin orang lain banyak yang tidak sempat untuk berlibur karena kuliah yang luar biasa padat, tapi sayang, aku bukan bagian dari kawanan orang lain itu J

Aku tahu apa yang sedang aku lakukan, orang tuaku pun tahu dan menyetujui. Aku percaya, dengan ini, aku bisa menemukan ke mana arah hidupku selanjutnya. Aku melakukan apa yang aku cintai karena aku mau melakukannya.

Setiap orang punya jalannya masing-masing, kan? Kalau semua orang berjalan di jalan yang sama, apa asyiknya hidup ini?




23:05, October 30, 2015


(Agatha Elma Febiyaska)

Comments

Popular Posts