That Night
And then she cried.
Ia tidak tahu kenapa respon pertamanya adalah air mata. Seharusnya
ia senang mendengar kabar tersebut. At least, he is alive. And he is happy. And
he is still like he used to be.
Ia hanya merasa semakin bingung ketika air mata semakin
memaksa keluar. Kenapa? Apa yang salah? Lantas harus bagaimana?
Setidaknya, ia tidak menghabiskan malam itu dalam tangisan.
Terpaan angin malam Jogja yang akhir-akhir ini terasa lebih dingin berhasil
mengeringkan air matanya. Satu hal di dalam dirinya pun sukses memaksanya untuk
tidak menangis lebih lanjut.
Namun di sisa malam itu, ia mempertanyakan apa yang
sesungguhnya ia rasakan. Apa yang sesungguhnya sedang terjadi di dalam
hidupnya.
Semangat ya, di sana! Aku (mencoba untuk) baik-baik saja di
sini! J
22:00, July 8th, 2015
Aku hanya tidak ingin tembok itu semakin tebal
Tidak masalah kamu menganggapku angin lalu
Tidak masalah kamu menganggapku tak kasat mata
Tidak masalah kamu menganggapku tak pernah hadir
Hanya satu inginku,
jangan pertebal tembok itu
Comments
Post a Comment