2023: A Year of Revelation

 


Wih, kayak keren banget gitu judulnya. 


Tapi emang di tahun 2023 ini aku merasa keren. Karena ada beberapa plot twist yang muncul sepanjang jalan, yang membuka mata mata, hati, dan pikiranku terhadap hal baru. 


Ah iya, lupa belum nulis kalimat wajib yang harus muncul di setiap annual reflection: 

I swear January 2023 was just there few seconds ago!

(inspired from my Typo's annual journal). Intinya, cepet amat taun berlalu; kayak biasanya. 


*

Batal Studi Lagi 

Kalau selama beberapa tahun ini aku sering bikin post tentang rencana mau studi lanjut di Korea serta beberapa progres usahaku, kali ini aku akhirnya sampai pada satu titik di mana aku menyadari bahwa itu bukanlah hal yang aku butuhkan.

Ketika itu, aku hanya sedang dalam masa di mana aku lelah, kecewa, dan ingin lari dari situasi pekerjaan serta hidupku. Terlalu suka menghindari masalah akutuh. 

Jadi, kuceritakan sajalah di sini. Tahun ini, aku sudah apply LPDP Gelombang I dan lolos sampai tahap terakhir: interview (Seleksi Substansi). Di Gelombang I ini, aku mendaftar menggunakan LoA (Letter of Acceptance) dari University of Sydney, jadi tidak perlu ikut Seleksi Skolastik (seperti psikotes yang katanya susah sekali dan banyak yang gugur di sini). Namun, karena itu aku pilihnya terburu-buru, jadi ya memang tidak yakin ketika inteview. Tentu tidak lolos. 

Setelah itu, sebenarnya aku ragu, apakah harus ikut yang Gelombang II atau tidak. Tapi, akhirnya aku apply saja karena IELTS-ku akan expired di Februari 2023, jadi sayang kalau tidak dimaksimalkan penggunaannya. Kali ini, aku kembali ke keinginanku, yaitu belajar Tourism di South Korea. Aku ambil yang jalur tanpa LoA, sehingga harus ikut Seleksi Skolastik. Saat apply, aku cukup yakin lolos yang Administrasi karena tidak berbeda jauh dengan sebelumnya. Benar saja. Setelah lolos Administrasi, aku dijadwalkan untuk Seleksi Skolastik, di mana aku sama sekali tidak yakin begitu selesai tes. Aku sudah pasrah karena memang dari awal juga re-apply dengan motivasi "nothing to lose". 

Tuhan masih menuntunku ternyata. Aku lolos Seleksi Skolastik dan lanjut ke interview akhir (lagi). Ada jeda waktu kurang-lebih 2 bulan dan selama jeda waktu itu, aku banyak berpikir dan berefleksi. Sampai akhirnya aku mantep, bahwa S2 bukan jalan yang aku perlukan. Jadi aku memutuskan untuk tidak hadir pada interview tersebut. 

Aku bilang ke Ibuk tentang hal ini dan tau apa yang dia lakukan? Dia memberkatiku dan pilihanku. Ternyataaa.... Ibuk kurang sreg dengan pilihanku untuk lanjut S2 juga. Ya sudahlah, aku merasa semakin lega dan merasa sudah mengambil keputusan yang tepat. Setidaknya, aku bisa sombong bahwa aku pernah merasakan seluruh tahapan seleksi LPDP hahahaha. 


Working Is What I Need

Mataku pun akhirnya terbuka kalo ternyata yang aku butuhkan bukan belajar (taking a degree), tapi duit. HAHAHA. Realistis banget deh aku semakin ke sini. Umur makin bertambah, kebutuhan dan kepengenan makin banyak. Masih pengen jalan-jalan segala. Belum lagi, harus seriusan saving up buat masa depan. 

Puji Tuhan, setelah sempat ngerasain down banget di kerjaan, akhirnya setahunan terakhir ini aku udah bisa accept everything dan siap buat ngejalanin ini beberapa waktu lagi. 

Urusan belajar, mungkin terdengar klasik, tapi aku bisa belajar dari mana aja. Apalagi kan aku sebenernya kepengen menghidupkan lagi TBJ. Udah tau basicnya, tapi harus bikin pondasi yang lebih kokoh lagi. Pengennya sih tetep kerja kantoran, tapi TBJ juga jalan. Kebayang bakalan sulit, tapi karena dari awal TBJ tuh sebenernya aku ada di posisi sebagai “Manager” atau Tukang Ngatur dan di balik layar, jadi ngerasa sanggup deh, kayaknya. IH SUMPAH AKU KANGEN TBJ :”) 



Membuka Diri dan Hati

Di tahun ini, aku bisa menyatakan bahwa aku sudah clear dari sakit hati dan kekecewaanku yang bertahan cukup lama. But you know, wounds always stay. The good thing is, aku mulai bisa membuka diri dan hati untuk sosok(-sosok) baru. Tapi sepertinya aku masih kebanyakan "menyeleksi" karena terlalu menjaga diri dan hatiku; terlebih hati. Aku masih belum sepenuhnya siap dengan kemungkinan harus sakit hati dan kecewa lagi. Itu membuatku belum bisa sepenuhnya memberikan perhatian dan perasaan ke sosok(-sosok) yang ada. Ya walaupun memang katanya jangan mencintai 100% karena kalau gagal, sakitnya bisa 100% juga. And that's what happened to me, because when I love, I love wholeheartedly; jadi ya ancyuuurr banget dulu. Sekarang pun aku masih merupakan sosok seperti itu. Karenanya, aku harus lebih berhati-hati kali ini. 

However, I have healed and revealed myself and part of my heart this year through some process.



Aku ingin punya cerita baru dan belajar lagi. Terima kasih untuk yang mau bertahan karena aku tahu, having interest in me is not easy. Only those who are patient and sincere, will stay until the end. Thank you for making me feel loved. Anyone who did. Your love, appreciation, and attention is not one-sided.

Wah, kemajuan pesat, nih. Tahun 2021-2022 ternyata aku sama sekali nggak berefleksi tentang hati dan rasa. Bukannya sama sekali nggak ada cerita tentang hati dan rasa selama 2 tahun itu, tapi ketika itu, tembok-ku masih terlalu tinggi.  

Depression and Life Challenges

This year, I got to know that some of my dearest ones are dealing with depression and heavy life challenges. It feels good that they tell me about this matter, because it is not easy to share about this kind of thing. I feel bad at the same time, because I cannot be available all ears and heart for them. Aku tuh, tiap baca atau denger curhatan mereka, ada sedihnya, ikut patah hati juga, bahkan sampe nangis. Terus aku bingung banget, harus menanggapi kayak gimana. Aku ngerasa kok kayak nggak berguna banget. I feel useless to them. 

Sampe akhirnya aku beraniin buat cerita ke Kakakku, siang hari di kantor, tiba-tiba aku ngerasa down banget. Aku ceritain tentang useless feeling itu. Jawabannya? 





Pastinya kena banget dooonggggg. Aku kan jadi mikir, ya..... At least aku harus bersyukur karena mereka masih percaya buat membuka bagian ter-dalam hatinya di depanku. Sama seperti aku yang selalu bersyukur karena udah dikasih sosok-sosok yang mau denger ceritaku; meskipun aneh, egois, dan buruk. 



Aku udah bilang sama diriku sendiri, setelah ini, aku tidak boleh berpikiran bahwa aku kurang baik untuk orang lain dengan alasan yang tidak masuk akal. As long as they are still feel comfortable sharing their stories and life with me and I don't think it as a burden, then that's enough. 

Me? I have my own problems and challenges, tapi aku merasa aku masih bisa handle semuanya sendiri sampai saat ini. Atau malah sebenernya cuma nyembunyiin dan nutupin semuanya, ya? Cuma ya ada efeknya juga, kayak misal aku ngerasa bahwa aku sering takut buat denger curhatan orang lain karena ngerasa gelasku sudah penuh ku-isi sendiri. Atau yang sering terjadi tuh, aku sering banget males balesin chat atau balesnya super lama. Kayak aku takut, dengan kebanyakan atau keseringan chat, aku jadi nambah mikirin masalah atau hidup orang. It’s like… I don’t want to know others’ problems. Dulu tuh, I’m proud to tell people that ‘I am a good listener’ because I enjoyed listening to people’s stories. Jadi sekarang aku ngerasa kayak limit-ku udah habis. Jahat banget aku, ya Tuhan :( 

Tapi aku berusaha banget buat keluar dari that dark cave. Aku mencoba buat ketemu temen-temenku, denger voice note mereka, baca chat panjang mereka. Meskipun it takes a long time for me to proceed everything and to respond. Karena aku pun sadar kalo aku butuh tempat buat cerita dan aku bahkan udah beberapa kali ngalamin kayak kehabisan tempat cerita karena nggak enak mau cerita ke mereka. Alesannya? Karena aku ngerasa bahwa aku bukan lagi pendengar baik untuk cerita mereka dan mikir bahwa mereka udah “penuh” dengan permasalahan mereka, jadi nggak mau ngerepotin. Again, that side of me yang takut buat ngerepotin orang lain. 

OK, aku udah nggak tau ngomong apa aja di poin ini. Intinya cuma pengen mengeluarkan semua uneg-unegku aja. Pastinya buat refleksi juga. 

Low Maintenance Relationship 

This! Semakin ke sini, khususnya tahun 2023 ini, aku bener-bener ngeliat siapa aja orang yang bisa aku treasure karena berhasil keep the good relationships meskipun jarang ketemu, jarang chat, apalagi telfon. Literally yang pada se-jarang itu. Tapi, setiap ketemu, selalu ngerasa full and warm. Aku tau dan nerima kalo kita semua, si orang-orang dewasa ini, udah pada punya kesibukan masing-masing. 

Lha aku ya juga begitu. Kalo udah pulang kantor tuh rasanya drained banget. Tapi, kalo pas ada orang-orang itu (the low-maintenance-relationship-people), mereka ngajak ketemu atau makan, aku mah hayuukk. Cuma ya kalo chat sama telfon, jujur, aku masih suka skip :") Maafkan aku! 

Pokoknya, I will love you all with my whole heart! My best friends, my sister, dan my lainnya. 

Kalo capek ngejalanin hidup atau mau berbagi kebahagiaan, inget, aku ada buat kalian. Aku pun akan lari ke kalian kalo hidupku lagi unik. Tidak ada sungkan dan awkward 👊

Akhirnya Baca Buku Lagi

Salah satu ketakutanku adalah takut jadi bodoh. Aku sebenernya udah ngerasa bahwa kepinteranku berkurang. Yaelah, kayak dulu pinter aja. But at least, dulu aku banyak baca, jadi agak banyak tau. 

Udah setaunan lebih ini, aku jarang buanget baca, bahkan buat baca novel pun yang dulu bisa sering banget, udah jarang banget. Kacau, menurutku. Terus kalo di kantor, tiap dijelasin sesuatu, aku sering nggak langsung paham, sampe bikin partner-ku gemes. 

Ketakutan itu juga yang sebenernya sempat menjadi motivasiku untuk sekolah lagi. Aku mencoba mencari cara yang bisa memaksaku buat belajar. Aku kan nggak tau ya, bakalan jadi ibu atau nggak, tapi kan kepintaran anak katanya nurun dari ibu. Meskipun dari bapak pasti juga ada. Setidaknya, kalo aku nggak bisa menurunkan kepintaranku buat anakku, aku nggak menghidupi hidupku sebagai sosok yang menyebalkan, tidak asyik, dan menyedihkan karena tidak banyak tau. At least ketika ngobrol sama orang tuh nggak ngang ngong banget gitu, lho. 

Di tengah ketakutanku itu, menjelang penghujung 2023, mendadak aku melahap banyak buku, dong! Meskipun semua buku yang kuhabiskan bisa dibilang “ringan”, tapi setidaknya aku membaca. Ada aku mencoba beli satu buku yang agak berat, tapi malah hanya memenuhi meja kerjaku sampai sekarang. Baru kubaca beberapa halaman. 

It’s OK, aku bangga dengan ini. Lagi pula, selain baca buku, aku juga lumayan lah menambah pengetahuan dan mengupdate diri lewat tontonan dan obrolan.


Tahun Ke-sekian Mencoba Diet

Kalau membaca refleksi tahunanku atau semua diary-ku dari tahun ke tahun, sepertinya aku selalu ingin untuk kurus. Sekarang sih, aku nggak pengen kurus, soalnya beberapa tahun lalu sempat mengurus karena patah hati dan ternyata I didn’t really look good that way. Jadi aku cuma pengen mengurangi berat badan sampai setidaknya aku nggak gampang capek buat jalan atau lari, nggak bete tiap pake baju, dan sehat.

Setelah mencoba berbagai cara, akhirnya baru membuahkan hasil manis lately. Literally this December 2023, ketika beberapa orang menyadari bahwa aku look slimmer. Aku tau karena memang aku mulai terbiasa untuk intermittent fasting selama beberapa bulan. Terbiasa, ya. Jadi nggak beban gitu, lho. Makan sehari sekali ternyata nggak seburuk itu. 

Dulu aku pernah nyoba, tapi kenapa berat banget ya rasanya? Sekarang tuh sama sekali enggak. Aku juga udah mulai sadar buat banyak gerak. Ngeri juga kalo sadar setiap harinya aku kebanyakan duduk selama kerja. Untungnya di kantor aku bisa menuntut diriku buat naik-turun tangga berkali-kali. Terus, aku juga membiasakan diri buat punya target jalan 5000 langkah kalo nge-mall. Aku juga olahraga jalan, lari, home zumba, atau apapun, pokoknya gerak. 

Kayaknya karena udah bertahun-tahun ngelakuin percobaan diet dengan mindset yang salah, kali ini terasa lebih nyaman dan tanpa beban. Semoga ini bisa beneran jadi lifestyle yang gets better, deh. Aku masih harus memperbaiki pilihan makanku, juga konsistensiku untuk lebih banyak gerak. 

I want to live a long life because I am curious about what I will be in the future. Apakah aku akan bisa menjalankan bisnis dengan benar? Apakah aku akan menjadi ibu? Apakah aku akan be a happy-single-woman? Apakah aku akan tergerak untuk sekolah lagi? Apakah aku akan menjadi kebanggaan orang tuaku? Apakah aku akan pergi ke banyak tempat? Apakah aku akan bisa memberi lebih banyak bahagia untuk lebih banyak orang? 

Feeling Good About Myself

Sepertinya masih menyambung dari poin sebelumnya. Tahun ini bisa kubilang adalah tahun di mana aku merasa loving myself physically at its finest. I still don’t and won’t have the kind of beauty yang jadi “standar”—meskipun katanya nggak ada yang disebut “beauty standard”, that every woman is beautiful in her own. Tapi aku ngerasa cantik. Terbukti dengan aku buanyak buanget nge-post fotoku di IG. MAAFKANAKU, TEMAN-TEMANKU! HAHAHA. 

Tau nggak apa yang bikin aku ngerasa cantik dan percaya diri enough to embrace the good feeling? Pertama, aku tau bahwa ada orang-orang yang menyadari bahwa aku menarik; be it from how I present myself, how I speak about myself, or how I live my life. They appreciate and adore me, and tell me about it. Kedua, karena nomor satu tadi, aku jadi ngerasa bahwa I need to look and feel at least at one point in my whole life and it can be now. Aku lebih niat lagi buat ngerawat diriku; mulai dari kulit, rambut, sampe berat badan. Tidak hanya physically sebenarnya, tapi juga terkait attitude and brain karena kalo cuma cantik physically, aku masih belum ngerasa cantik; tapi karena ini emang lagi ngomongin fisik, yaudah lah, ya. Ketiga, semakin menghidupi kalimat “how can you expect people to love you that much if you cannot fall in love with yourself first?” yang terasa semakin benar setelah nomor 1 dan 2 dijalankan. 

Alurnya menjadi: ada orang-orang yang mengapresiasiku, aku menyadari itu dan ingin meningkatkan kualitas diriku, sehingga aku berusaha seimbang menjalani usaha untuk menjadi the best version of me dengan bantuan pendapat dan komentar dari orang-orang. Bukannya terlalu mengikuti apa kata orang, tapi aku pilih kalimat yang kurasa membangun, untuk kujadikan motivasi biar nggak jadi terlalu cuek about how I look in front of people. Seneng lho rasanya, ketika udah usaha buat merawat diri dan orang-orang mengapresiasi itu. Itu salah satu cara untuk mencari kebahagiaan buatku. Aku jadi lebih nyaman sama diriku. 



Knowing The Bad, But The Good Is Still The Best

“Aku tetep pengen jadi orang baik.”

Kalimat tersebut baru saja keluar ketika aku ngobrol sama sahabatku beberapa malam lalu. Aku pernah nulis tentang betapa seringnya orang nyebut komentar tentangku: ‘baik banget’ ‘ah, Elma mah baik, nggak mungkin kayak gitu’ ‘udah malaikat banget, deh’ dan sejenisnya. Padahal ya aku nggak se-baik dan se-pure itu, apalagi semakin ke sini. Kalo dulu, mungkin ya aku bisa cukup mengiyakan meskipun tetap jadi image yang cukup membebani. 

Nah, semakin ke sini, aku ngerasa aku mulai kehilangan image itu. Ini dari sudut pandangku, ya. Karena aku masih sering denger orang komentar hal yang sama tentang aku sampe sekarang—jadi ya bisa jadi ini memang hanya perasaanku saja. Tapi enggak juga, sih. I did bad things more often. Sebenernya aku nggak tau apakah hal-hal itu considered as bad things or not, tapi dari point of view-ku, hal yang kulakukan berdasarkan kejujuranku atau apa yang memang ingin aku lakukan, itu sometimes terasa jahat karena aku belum pernah melakukannya se-terbuka itu. 

But Thank God, by doing such things, I came to a realization that being nice suits me better.  

Tentunya aku nggak bisa purely being nice everytime to everyone, but at least I want to be nice most of the time. 


Di Tahun 2024, Aku Siap Untuk...

… apa, ya? JUJUR BINGUNG. 

Padahal, tahun 2024 akan jadi tahun penting buatku karena I TURN 30! Mana cakep lagi tanggal ulang tahunku besok. Such a perfect year to turn 30. 

Karena aku udah nggak akan pursue formal education seperti tahun-tahun sebelumnya, jadi sepertinya tahun 2024 aku akan fokus untuk mencintai. Masih harus terus mencintai diriku dan aku akan belajar untuk menunjukkan cintaku pada orang-orang lain properly. 

Aku juga akan lebih mencintai rutinitasku dengan tidak melihatnya sebagai Robotic Life lagi. Akan kuganti menjadi A Fun Robotic Life kali, ya. Aku mau tambah kegiatan after-work atau cari hobi baru, deh. Biar aku menua dengan menyenangkan dan cantik. Wow, sungguh percaya diri. 

Let’s see how 2024 will roll!


-el 

 

Comments

Popular Posts