December, January, February: I read these books #ELiterate

Whenever people ask me what my hobbies are, I feel weird because I would write "writing and reading" as if writing and reading are basic abilities, instead of hobbies.

But I'm sure that you get the point of what I mean. Loving writing means I write for having fun, spending time, pouring out feelings, inspiring others, even representing others' voices. Then, reading has been on of soothing things for me because I can dive in a new world, positioning myself as one of the characters, and letting my imagination getting wild as the story goes deeper or simply I can say that reading is a nice escape. 

Apa aja sih, buku yang dibaca? Aku baca buku apapun yang menarik perhatianku. Tapi kalau ditengok lagi, kebanyakan buku fiksi dan puisi. Kenapa? Karena di dalam tema-tema tersebut, aku bisa menyatukan hati dan pikiranku. Dan mungkin tidak hanya aku yang pernah mengalami, membaca buku fiksi akan lebih menyenangkan ketika ceritanya sejalan dengan kondisi at the moment you read it. Walaupun begitu, ada satu buku yang belum pernah atau sepertinya tidak akan pernah kuselesaikan karena terlalu menyakitkan membacanya. Mungkin terlihat berlebihan, but that's how I connect with things and people that I use feelings quite a lot. Sometimes, it's good that I feel that what I feel is actually common, that I'm not weird of feeling that way, that there are other people who feel the same (although I'm sure and fully aware that many fiction books are not based on true moments or feelings). 

Anyway, dalam kurun waktu 3 bulan kemarin, aku menyelesaikan 7 buku berbahasa Inggris dan Indonesia. Di sini, aku bukannya mau membuat sinopsis tentang buku tersebut, tapi aku akan memaparkan pikiran dan perasaanku terkait buku tersebut. Ya tentunya akan ada sekilas tentang isi buku tersebut supaya kalian pengen baca hehehehe biar agak ngeracunin gitu. Langsung aja deh, ini:

1. Antologi Rasa (Ika Natassa)



"If you make a girl laugh, she likes you, but if you make her cry, she loves you." 
- Harris (sebuah quote dari film Kicking The Dog)

Baru tanggal 14 Februari kemarin filmnya keluar untuk menemani berbagai kaum merayakan dan merasakan hari kasih sayang. Novelnya sendiri pertama kali dipublikasikan tahun 2011 dan aku baru beli tanggal 1 Oktober 2018 (iya, aku selalu tulisin tanggal pembelian buku-bukuku) dengan cover film-nya, meskipun sebenarnya aku lebih suka punya buku dengan cover asli kalau buku tersebut akhirnya diangkat ke layar lebar. 

Perlu diceritain nggak, nih? Kok aku ngerasa udah pada tau juga ya, ceritanya kek mana. Gini aja deh, aku suka novel ini atau novelnya Ika Natassa karena dia selalu bisa bercerita dengan cerdas. Banyak informasi terkandung di dalam cerita-cerita fiksinya. Selain itu, ceritanya bisa bener-bener mengajak aku buat terlibat dalam cerita tersebut. Perasaan jatuh cinta, patah hati, gemas, kecewa, marah semuanya bisa aku rasain ketika membaca baris demi baris kalimat yang sederhana tapi cerdas. Selalu suka deh, sama yang cerdas-cerdas. Eh.

Tokoh utamanya ada Harris, Keara, Ruly. Membaca novel ini, rasanya pengen punya sahabat (atau acar) yang seru, bad boy, tapi bisa mencintai setulus dan sedalam Harris. Terus, cowok kayak Rully yang kalem dan berambisi besar ini juga menarik, tapi kurang menantang, sih. Tapi asyik kayaknya dijadiin temen berbuat baik. Hehe. Kalo jadi Keara sih, mana nolak. She's a woman many men would die for. Cantik, seksi, pinter, suka fotografi, bisa belanja dari kerja kerasnya, kenal dunia seru, tapi juga punya sisi sosial yang tinggi. Kekurangannya ada kok, yaitu stuck sama Rully yang stuck mencintai Denise yang udah bersuami. Hmm. Menarique, kan. Menarique lagi tuh kisahnya pas Keara mencoba melupakan Rully dan ke-brengsek-annya Harris dengan menjalin hubungan bersama Panji yang lebih brengsky dari Harris, tapi bisa jatuh cinta ke Keara. Mumet? Enggak kok, kerumitan itu disampaikan dengan menyenangkan oleh Ika Natassa.

Kalo lagi pengen novel romansa yang complicated atau nggak datar-datar aja alurnya, baca deh ini Antologi Rasa. Aku aja baca 3 kali masih pengen lagi.

2. The Way We Were (Elizabeth Noble)




"I know because I know you, and I know that it couldn't ever be right. If you were the kind of man who could do this, I wouldn't loved you the way I do. The way I think I always will."
- Susie

Aku beli buku ini untuk teman perjalanan ke Ibu Kota tahun lalu. Pembelian buku ini di masa sedihku, so you can start getting the answer why I chose this book in the first place. Yup, because of the title. Mengalami kepatahan hati dan muncul keinginan untuk mengenang kembali masa-masa dulu itu wajar kalau memang sebegitu mengenangnya. Dan salah satu medium yang tepat untukku adalah buku. Nantinya memang aku bisa merasa sedih banget atau down banget waktu nemu bagian-bagian yang relatable, tapi itu salah satu caraku buat release my trapped feelings daripada numpuk, aku mah mending dikeluarin aja biar ilang sekalian kayak sekarang

Berkisah tentang Susannah (Susie) dan Rob, The Way We Were membawaku pada cerita cinta Susie yang meskipun sudah menikah (hampir) dua kali, namun tetap terpaku pada Rob, cinta pertamanya ketika muda dulu. Yup, kisah cinta yang belum beres, yang akhirnya menuntun pada keduanya mencuri waktu untuk bertemu dan melakukan hal yang ena-ena mengenang masa lalu, berusaha mencari jalan kembali ke keindahan kisah mereka dulu. Namun apa daya, Rob telah memiliki seorang wanita yang sangat mencintainya dan Rob pun sudah mulai belajar mencintainya dan cinta itu pun sudah mulai tumbuh dengan baiknya. Sementara Susannah, lebih susah move on, terlebih setelah mereka berdua kembali bertemu dan berkomunikasi setelah perpisahan bertahun-tahun. Susie yang masih menginginkan Rob sebegitunya, yang akhirnya membuat hidupnya tiba di satu titik ruwet ketika Doug, duda yang sudah tinggal bersamanya dalam waktu lama, akhirnya mengajaknya menikah, padahal Rob sedang muncul lagi dan she had an affair with Rob, her forever love. At the end, she had to accept Rob's choice and she had to gather all the broken pieces by her very self. 

Pada bagian kisah Susie dengan Doug yang seorang duda beranak dengan istri yang masih ada, akan agak susah untuk relate into the character. Tapi, pada bagian Susie mengenang masa lalunya dengan Rob dan bertemu kembali dengan Rob, dan pada hubungan Susie dengan sahabatnya yang super karib, Amelia, I can say that I can feel how it feels to be her. 

Buatku yang pengen terus belajar Bahasa Inggris, baca novel dengan genre yang aku suka tuh jadi sarana belajar seru untuk memperkaya vocab. Di novel ini, settingnya adalah Inggris, jadinya aku bisa belajar vocab yang banyak dipake di British English.

Turned out, this novel didn't meet my expectation, but I finished it anyway. In almost a month if I'm not mistaken, because I stopped so many times due to my heart strength at that time. Apasih, El. Yaudah, kalo yang mau baca novel Bahasa Inggris dan suka genre yang macam gini, baca cuuuss.. Pesanku: jangan baca pas kondisi hati lagi galau.

3. Merayakan Kehilangan (Brian Khrisna)


"Jatuh cinta itu berarti memberikan izin kepada seseorang untuk menghancurkan hatimu kapan saja. Dan kepercayaanmu, adalah belati yang digenggamnya."

Salah satu hadiah Natal dari Mona, teman baikku. Hadiah yang bikin senyum jadi macam ini :))))))
Waktu itu, katanya, aku baca ini nanti-nanti saja. Nyatanya, tetap kubaca habis juga. Walaupun cara bacanya satu halaman, berasa engep, tutup bukunya, tinggal pergi, lanjut ntar atau kapan lagi. Begitu aja terooossshhh. Akhirnya selesai juga, sih. Buatku, baca buku macam ini malah jadi terapi membiasakan hati. Kan aku sudah bilang beberapa kali di tulisanku di blog yang satunya, kalau aku memilih untuk tidak menahan rasa. Ketika ingin menangis, aku menangis. Ketika sedih, aku sedih. Aku tidak ingin menumpuknya dan menjadikannya bom waktu. Memang prosesnya akan lebih stressful dan terasa panjang, but the result is great. 

Buku ini berisi puisi, cerita singkat, dan quotes mengenai proses patah hati mulai dari kehilangan, mencoba bertahan, mencari pegangan, hantaman kenangan, hingga bisa kembali menemukan.
Menyakitkan. Tapi di sisi lain, melegakan.

Sebelumnya, aku tidak tahu siapa Brian Krishna dan karya-karyanya. Setelah buku ini, rasanya aku ingin punya semua bukunya. Tapi, berhubung hatiku sudah tidak se-frekuensi dengan tema tulisannya, aku berhenti dua bukunya (yang akan dibahas di nomor selanjutnya) saja.

Untuk kalian yang sedang patah hati, rayakan kehilangan dengan kata-kata yang akan semakin menyakiti hati kalian, namun justru dalam setiap lembarnya, kalian mampu merefleksikan hubungan dan yang terpenting: the value of yourself.

4. The Book Of Almost (Brian Khrisna)




"Seperti dua orang asing, yang padahal pernah mengetahui rahasia masing-masing."

SEKALI-KALINYA AKU MEMBUBUHKAN BANYAK STABILO DI BUKU TUH YA CUMA DI BUKU INI! 

Inilah buku kedua, hadiah Natal dari Mona. Bulan itu, aku masih belum begitu stabil, kuakui. Membaca buku ini setelah "Merayakan Kehilangan" membuat hati dan pikiranku switch secara cepat dari rasa marah, sedih, kecewa, senang seiring dibaliknya halaman demi halaman. Buku ini beneran membolak-balikkan hati. Lagi, jangan baca buku yang ini juga kalau lagi galau mampus. 

Sama seperti buku di nomor sebelumnya, buku ini berisi puisi, cerita singkat, dan kutipan manis nan makjleb. Baca dan rasakan saja sendiri. 

5. Titik Lemah (Zarry Hendrik)



Seperti judulnya, membaca buku ini mengantarku dari titik lemah satu ke titik lemah lain. Bukan berlebihan, tapi kalau kalian pernah mengalami suatu hal yang mematahkan hati kalian atau kalian pernah cinta sebegitu dalamnya, kalian akan tahu maksudnya.

Btw, cover-nya bagus, ya? Aku sempet tuh, ikut vote-nya di Twitter. Hahaha TMI banget. Zarry Hendrik ini sedang naik daun dengan usaha jasa pembuatan caption, lirik lagu, tagline, berabagai macam surat, hingga janji nikah. Ide bisnis yang brilian! 

Spending your money on this book won't be a mistake. Untuk kalian yang suka tulisan-tulisan romantis, manis, jenaka, dan unik.

6. Summer Sky - Stephanie Zen 


"Embrace the memories, but don't create new ones."
- Sky

Lagi pengen bacaan ringan tentang cinta-cintaan, yang mengingatkan sama bacaan ketika SMP-SMA, yakni Teenlit. Dulu, Stephanie Zen adalah salah satu penulis Teenlit favoritku selain Esti Kinasih dan Donna Rosamayna. Nah, Summer Sky ini bukan Teenlit sih, tapi Metropop, setingkat di atas Teenlit lah kira-kira karena kisahnya seputaran pekerja kantoran begitu. 

Membaca novel seperti ini menjadi selingan yang menyenangkan, yang membawa imajinasiku berjalan santai. Awalnya, teman baikku Veda, merekomendasikan buku ini dan aku tidak begitu tertarik karena terlalu ringan dan judulnya kurang menarik hehehe. Setelah membaca sinopsisnya, penasaran lah aku dan akhirnya langsung cuss beli.

Summer Sky itu ternyata tokoh utamanya. Panggilannya Sky. Dia habis putus sama cowok yang awalnya adalah sahabatnya, Alex, lalu setelah tahunan bersama, mereka jadian. Tapi dia akhirnya diputusin karena Alex keterima beasiswa di luar negeri. Padahal belom berangkat, tapi udah diputusin aja. Terus, patah hati parahlah si Sky. Dia melakukan berbagai upaya buat recover from her broken heart moment dengan kerja gila-gilaan, juga ngikut mamanya yang tergabung dalam sebuah MLM, berlibur ke luar negeri. Turned out, Branch Manager MLM itu yang namanya Jordan, adalah cowok mapan yang beberapa tahun lebih tua dari Sky dan memiliki tampang yang oke serta kepribadian yang menarik. Mamanya adalah oknum utama yang getol banget ngejodohin Sky sama Jordan. Sky yang masih susah move on, apalagi Alex masih sering kembali ke kehidupannya dan bahkan ngajak balikan, jadi bimbang banget. Dia berasa masih sayang sama Alex dan kayak udah terlanjur menghabiskan banyak waktu sama Alex, tapi dia juga mulai tersadarkan bahwa Alex nggak sebaik itu dan pentingnya, keluarganya tidak pernah sepenuhnya ada di sisinya untuk mendukung hubungannya dengan Alex. Sementara Jordan, si penghuni baru kehidupannya, mulai mencuri hatinya. Ada hal-hal unpredictable yet sweet yang dilakuin Jordan yang bikin Sky makin bingung harus milih siapa.

Novel yang kuanggap terlalu ringan ini malah jadi ngasih banyak pelajaran buatku. Aku senyam-senyum, nyeletuk "ih iya bener banget", dan diajak mikir bersama Sky dan kisahnya. 

7. Rich People Problems (Kevin Kwan)


Tebel banget dan tulisannya kecil-kecil. Pun begitu, aku sudah melahap habis novel trilogi ini. Seru! Aku suka ceritanya yang tentang horang-horang kayah. Seru aja gitu berimajinasinya. 

Udah pada baca Crazy Rich Asians sama China Rich Girlfriend belom? Kalo belom, kudu baca biar mudeng baca yang ini. Nonton filmnya yang super meledak pun nggak cukup buat bisa ngeh baca novel ketiganya ini, menurutku.

Duh, mau ceritain tapi kok serunya baca sendiri ya, kalian. Soalnya yang nyampe ke sini pasti udah baca yang pertama dan kedua, kan? Konflik-konfliknya seru dan nggak ketebak. Dan muncul karakter orang Indonesia di sini, lho. Dan ada Joe Taslim disebut juga di sini. Dah, baiknya baca sendiri aja hahahaha. 

Aku udah beli novel ini sejak Desember, tapi baru mulai aku baca Februari kalo nggak salah dan aku nyelesaiinnya dalam waktu hampir sebulan.

*

Yak yak yak. Itulah 7 buku yang aku baca dalam 3 bulan terakhir. Mungkin kebanyakan buku terlalu terbawa perasaan ketika beli, tapi aku nggak nyesel karena malah bisa buat belajar dan refleksi. Buatku, lho. Kalian bisa jadi malah menghindari baca buku yang terlalu menyenggol hati dan ya nggak papa. Bacalah buku yang bisa kalian nikmati sampai habis. 

Sejak tahun lalu, aku menargetkan untuk baca minimal 1 buku setiap bulan dan tahun ini, targetku agak meningkat, yaitu 1 novel Bahasa Inggris tiap bulan biar tetep terasah Bahasa Inggris-ku. Ditambah novel Bahasa Indonesia bebas berapa aja, semampu dompetnya hehehehe. 

Ada rekomendasi buku oke, nggak? Aku ada list buku yang mau aku baca, sih. Tapi siapa tau ada rekomendasi buku yang menarik dari kalian :) 



Mucho amor,
el

Comments

Popular Posts