Pada Sebuah Persimpangan: Kerja atau.......? #refELection
Pernah nggak sih, kalian pengen banget kerja karena pengen dapet uang banyak buat nyenengin diri sendiri sekaligus banggain orang tua, tapi setelah ngerasain kerja dalam kurun waktu tertentu, ternyata kalian ngerasa ‘nggak hidup’ di sana?
Kalian pengen nerusin kerjaan itu karena eman kalo dilepas, takut kehilangan pemasukan, nggak mau malu sama temen-temen/tetangga/keluarga, dan mau tetep belajar mandiri plus bantu orang tua. Tapi, kalian sama sekali nggak menghidupi kerjaan itu. Kalian bisa mengusahakan untuk tetap mengerjakan setiap pekerjaan yang diberikan, kalian bisa membuat pikiran untuk berpikiran positif dan terus maju, kalian bisa pura-pura terlihat senang di depan orang-orang yang nanya “Gimana, betah kan, kerjanya?” “Wah, keren banget kerjanya!” “Semangat ya kerja di sana!”
Tapi di sisi lain, disadari atau tidak, kalian mulai kehilangan beberapa hal seperti sumber-sumber kesenangan, makna atau tujuan hidup, kesehatan, sampai kehilangan diri kalian sampai merasa “Aku tuh ngapain sih, sekarang ini?” Mungkin cuma aku yang mengalami ini, tapi mungkin juga ada di antara kalian yang pernah mengalami hal ini. Baik dalam hal pekerjaan atau studi atau apapun.
Awalnya aku (ngerasa) mantep buat menerima sebuah pekerjaan yang merupakan passionku dengan bumbu tantangan untuk tinggal di sebuah tempat baru, cukup jauh dari rumah. Aku ngerasa ini merupakan kesempatan yang luar biasa untuk aku yang baru dua minggu lolos dari sidang skripsi dan revisi.
It is. It is a very good chance and experience for me. Di hampir 3 bulanku bekerja ini, aku tahu dan sadar bahwa aku sudah mengoleksi banyak pembelajaran berharga. Aku mengenal banyak hal baru, bahkan aku lebih mengenal diriku sendiri melalui setiap kejadian dan keputusan yang aku alami. It feels like I have been playing Kora-Kora for these almost 3 months; with the screamings, excitement, adrenaline rush, fears, sickness, and happiness.
Aku mengenal banyak karakter manusia yang unik dan luar biasa. Aku berhadapan dengan situasi-situasi yang belum pernah aku alami atau sudah pernah, tapi kali ini lebih rumit. Aku ‘bertemu’ dengan sisi lain diriku yang selama ini masih bersembunyi.
Wow. Dalam waktu yang tidak terlalu lama ini, ternyata aku bisa belajar banyak hal. Ya, memang dalam satu jam saja, kita pun pasti bisa belajar banyak hal. Aku merasa bersyukur dengan jalan hidupku ini. Aku bersyukur Tuhan memberikan kesempatan padaku untuk mencicipi jalan ini.
Sayangnya, layaknya memilih sebuah makanan, setelah mencicipi, ternyata rasanya kurang pas untuk kumakan dan mengenyangkan perutku. Aku memilih untuk mengganti menu yang lain. Lagi-lagi yang membuat aku penasaran. Bukannya menu favoritku yang pastinya akan kutandaskan dalam sekejap.
Setelah berproses dalam beberapa bulan ini, aku menemukan bahwa apa yang aku lakukan memang sesuai passionku: menulis. Tapi, faktor-faktor di sekelilingnya, ternyata belum mampu membantuku untuk berkembang. Ya memang terasa tidak benar dan terlihat aku kurang bersyukur atau kurang berjuang, sehingga memutuskan untuk menyerah di sini.
Banyak teman-temanku yang menghadapi tantangan kerja lebih berat dan rumit dariku dan mereka terus berjuang untuk bertahan. Hanya saja, bisa dibilang aku terlalu bingung untuk saat ini. Semuanya terasa terlalu cepat. Baru selesai dengan skripsi, dapat pekerjaan, dan memulai dunia kerja di perkantoran.
Aku mulai mempertanyakan, aku mulai tiba pada sebuah persimpangan. Apa iya, aku sudah siap untuk bekerja? Atau aku masih harus memberikan kesempatan pada diriku untuk berpetualang bebas terlebih dahulu dengan mencari peruntungan belajar sekaligus bermain ke negara-negara impianku?
Aku ingin memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhanku supaya aku tidak membebani kedua orang tuaku. Tapi aku merasa, pekerjaan kantoran terlalu memenjaraku. I can deal with routines, but not in a trapped place. Aku ingin pekerjaan yang membawaku berinteraksi dengan orang-orang, pekerjaan yang membawaku ke dunia luar. Memang kalau mau mengikuti keinginan, tidak akan ada habisnya dan mungkin tidak akan ada yang benar-benar sesuai.
Sungguh masa-masa yang membingungkan dan merepotkan orang-orang terdekatku. Aku harus menumpahi mereka dengan keluhanku, dengan pemikiran-pemikiranku yang terlalu jauh dan penuh ketakutan, dan penjabaran membingungkan tentang apa yang aku rasakan. Untungnya, aku memiliki orang-orang terdekat yang bisa aku percayakan semua itu. God is good.
Jadi..... ya aku hanya ingin membagikan kebingunganku di sini. Aku tidak ingin memengaruhi kalian dengan ke-negatif-an. Justru aku ingin bertukar pikiran dan pengalaman, kalau-kalau ada di antara kalian yang pernah mengalami hal yang sama atau punya saran untukku ☺ Let’s share because sharing is caring.
14 Desember 2017, 13:04
(Agatha Elma Febiyaska)
Comments
Post a Comment