Tempat yang Kita Cintai

Entah berapa malam yang lalu, yang jelas aku sangat menyukai malam itu. Malam terindahku di sini.

Malam itu, aku membaringkan tubuhku di tengah lapangan berumput sintetis setelah berjalan dan berlari beberapa kali mengelilingi lapangan itu. Nafasku masih memburu, mencari ketenangan, berusaha bernafas dengan normal kembali.

Aku melepas kacamataku, lalu menatap ke langit malam. Dengan mata minusku, tentu aku hanya bisa melihat hamparan kelam di atas sana. Namun karena aku yakin bahwa ada cahaya menyenangkan di atas sana, aku pun mengenakan kembali kacamatku meskipun terasa kurang nyaman.

Benar saja. Langit malam itu dihiasi beberapa bintang. Tidak banyak, namun cukup untuk menghibur mataku. Sungguh menenangkan. Sudah lama aku ingin berbaring sembari memandangi bintang seperti itu.

Aku memejamkan mataku, menghirup udara malam yang mulai dingin dengan hembusan anginnya. Ketika perlahan kubuka mataku, bintang-bintang itu masih di sana dan aku masih menikmati pemandangan indah itu, sampai kamu hadir dalam benakku.

Ah iya. Aku sedang berada di salah satu tempat yang kamu cintai. Kamu tahu? Aku mulai mencintai tempat itu juga. Namun cinta itu berbeda.

Aku mencintai tempat itu di malam hari, ketika tidak ada seorang pun berlarian dengan bola menggelinding bersamanya. Aku mencintai tempat itu ketika aku berbaring di sana ditemani kesunyian dan langit malam bertabur bintang.

Sementara kamu, kamu mencintainya dengan berbeda. Kamu senang berlarian di sana, entah petang atau siang, mengejar sebuah bola, mencapai sebuah tujuan, membiarkan keringatmu bercucuran, di tengah ramainya teriakan teman-temanmu.

Kita mencintai tempat yang sama, namun dengan cara dan waktu yang berbeda. Tak bedanya dengan aku yang mencintaimu dalam diamku dan menikmati setiap indahmu ketika kamu sibuk mencintai hal lain yang membutuhkan perjuangan berat untuk tujuan hidupmu yang mulia sehingga kamu tidak bisa membiarkan cintaku hadir barang sesaat dalam kisahmu.

Cintaku tidak bisa berada dalam mimpimu. Kita tidak akan pernah bertemu pada satu titik yang sama. Sesederhana aku yang tidak mungkin bisa menikmati bintang yang bertaburan dengan segala kesunyiannya yang menyenangkan, ketika kamu dengan serunya bermain bola dengan teman-temanmu.

Kita bisa sama berada di tempat yang sama, namun kita tidak akan pernah bertemu. Bukannya aku tidak ingin memperjuangkan apa yang aku rasakan terhadapmu. Aku hanya tidak ingin menggganggumu dalam bermimpi.

Aku selalu mencoba untuk bahagia melihatmu mulai mewujudkan mimpi-mimpimu. Aku berusaha untuk tidak peduli apabila kamu tidak tahu apa pun mengenai perkembangan terbaruku dengan mimpi-mimpiku. Aku menikmati posisiku di sini, memantau setiap langkahmu mencapai tujuan hidupmu.

Sudah jelas bahwa kita terlalu berbeda. 'Kita' memulai kisah ini dari titik yang berbeda dan harus berakhir pada titik yang berbeda pula.

Apapun itu, aku selalu ingin kembali merasakan malam menyenangkan itu. Berbaring di tengah lapangan sepak bola sembari menikmati bintang-bintang. Aku pun tak keberatan apabila kamu harus kembali muncul di benakku di saat-saat seperti itu karena aku merasakan satu cinta di tempat itu.

Satu cinta di tempat yang sama, dalam waktu yang berbeda.




Semangat untuk kamu. 
Sayang sekali,
sudah setahun ini aku tidak bisa melihatmu.
Apalagi menyampaikan langsung dukungan semangatku
untukmu...







Wednesday, June 11, 2014
0:54 in Pohang
(Agatha Elma Febiyaska)

Comments

Popular Posts